Laporan Akhir Tahunan Paroki Tataaran dan Harapan Pastor Troy Kalengkongan

Tondano, DetikManado.com – Menyongsong Tahun Baru 2020, Gereja Katolik Paroki St Antonius Padua Tataaran, Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara (Sulut) mengadakan Misa Malam Tahun Baru, Selasa (31/12/2019).

Pastor Paroki St Antonius Padua Tataaran, Troy Kalengkongan menyampaikan laporan akhir tahun paroki dalam bentuk statistik tahun 2019. Laporan tersebut berupa dalam jumlah umat per 31 Desember 2019.

Data yang dihimpun DetikManado.com menyebutkan, jumlah umat tahun 2018 ialah 2.276 orang, umat yang dipermandikan 54 orang, umat yang diterima paroki Tataaran 65, umat yang meninggal 19 orang dan umat yang pindah agama berjumlah 2 orang.

Sehingga total umat 2.320 jiwa. Kemudian jumlah KK tahun 2018 adalah 700 KK ditambahkan jumlah KK tahun 2019 yakni 18 KK. Total KK yakni 718 KK.

Saat berbincang bersama DetikManado.com, Pastor mengatakan data umat merupakan kewajiban dari Keuskupan ke paroki atau stasi untuk dibenahi. “Tadi memang kurang lengkap. Kita belum membuat atau melaksanakan program khusus membuat pendataan yang memang lahir dari umat,” tuturnya usai misa.

Data yang disampaikan merupakan data tahun 2018 yang ditambahkan dengan jumlah umat paroki tahun 2019. Kalengkongan menuturkan di tahun 2020 semua data yang menyangkut umat akan dibenahi. “Sehingga kita mendapat data yang lebih akurat dan valid,” katanya.

Di samping data umat yang disampaikan, Pastor juga menyampaikan pesan kepada umat. Kalengkongan mengatakan, salah satu tantangan zaman sekarang adalah manusia cenderung bersikap individualistik dan tertutup. Salah satu contoh konkret ialah tembok atau pagar rumah yang ditinggikan oleh penghuninya.

“Nah itu kan indikasi orang mulai hidup individualistik. Sementara Gereja yakni Keuskupan berarti Paroki juga ingin supaya umat justru hidup bersama dan itu dinamakan persekutuan,” ungkapnya.

Tantangan zaman kata Pastor, coba dijawab paroki melalui program-program ke depan. “Mudah-mudahan tahun depan nampak itu persaudaraan dan persekutuan. Itu harapan untuk umat,” imbuhnya.

Seperti khotbahnya pada misa tadi, Kalengkongan mengatakan, umat harus menjadi terang bagi dunia yang gelap. Dunia gelap yang dimaksudkan adalah kebencian, kecemburuan dan kemarahan melalui ucapan dan perbuatan. “Orang harus diajarkan untuk bijak ,” pungkasnya. (rf)


Pos terkait