Manado, DetikManado.com – Diprakrasai Ketua Umum Pimpinan Wilayah Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) Sulawesi Utara periode 1999-2000, H Wahyudin Ukoli SPdI, para alumni IRM atau sekarang kembali ke nama awal yaitu Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), menggelar serial bincang sejarah IPM di Bolmong Raya (1993-2019), Minggu (10/05/2020) malam, melalui aplikasi meeting zoom.
Kegiatan diskusi ini diikuti puluhan kader senior IRM dari Bumi Totabuan, di antaranya Sultan Kalupe, Sya’ban Hadjarati, Samsu Bahri, Feksi Kadi, Musina Mokodongan, Hajiati Baranoi, Muhammad Guntur Rantung, Deyidi Mokoginta, Ety Patajenu, Haslida Pomayaan, dan Fita Paputungan.
Sebagai generasi awal IPM Bolaang Mongondow (Bolmong), Sultan Kalupe selaku ketua pertama IPM, beserta senior lain seperti Munsina Mokodongan, Samsu Bahri, dan Sya’ban Hadjarati menjelaskan awal mulanya IPM atau IRM masuk ke Bumi Totabuan, yaitu pada tahun 1993.
“IPM hadir di Bolmong atas inisiatif sejumlah kader yang sebelumnya sudah mengikuti kegiatan Darul Arqam Dasar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah atau DAD IMM,” jelas Munsina.
Selanjutnya Feksi Kadi, yang juga Ketua IRM Bolmong kedua periode 1996-1998, mengungkapkan awal mula masuk IRM melalaui Taruna Melati (TM) 1, angkatan pertama pada bulan Oktober 1993.
“Setelah mengikuti TM 1, saya dia dipercayakan menjadi ketua panitia untuk angkatan kedua,” ungkapnya.
Feksi juga mengemukakan suka duka kepengurusannya melaksanakan kegiatan TM atau pengkaderan saat itu, mulai dari masuk pada kegiatan di tingkat remaja masjid, hingga ke pesantren kilat di sekolah-sekolah.
“Bahkan pernah kegiatan kami dilempari batu oleh orang,” ungkapnya.
Setelah itu, Muhammad Guntur Rantung mendapat kesempatan dari moderator Riska Mokoginta, mungungkapkan perkenalan awalnya dengan organisasi pelajari Muhammadiyah ini, dia menjadi kader sejak masih duduk di bangku kelas 2 SMP.
“Kesan mendalam yaitu saat mengikuti seleksi Latihan Instruktur, harus menyelesaikan hafalan salat yang pada saat itu belum rampung,” tuturnya.
Penutur selanjutnya Deyidi Mokoginta, juga mengungkapkan bagaimana pelaksanaan pengkaderan yang dilakukan di zaman kepengurusannya yang saat itu menjabat sebagai Sekretaris Umum PD IRM Bolmong periode 1999-2000.
“Sama halnya dengan Ka Feksi, kami juga bersama-sama beliau melakukan pengkaderan dengan masuk ke kegiatan remaja masjid, dan pesentren kilat di sekolah-sekolah,” jelasnya.
Lanjut Mokoginta, beberapa pengkaderan yang terselenggara di kepengurusan ini yaitu di Desa Mopait, Desa Kopandakan, Desa Bilalang 2, Desa Konarom, Desa Kinomaligan, Desa Mopuya, serta pesantren kilat beberapa SMA dan SMP di Bolmong kala itu.
Pada kesempatan itu, Ka Dedy sapaan akrab Deyidi Mokoginta juga menceritakan sedikit kisahnya menjadi kader awal IRM, dan kemudian melanjutkan ke tingkat Taruna Melati II. Serta Latihan Instruktur di Kota Gorontalo bersama dengan Muhammad Julianto.
“Bahkan saya selaku ketua panitia, Muhammad Julianto sebagai sekretaris panitia dan Arlendha Palakum sebagai Bendahara panitia, sempat inisiatif membuat DAD IMM di Kotamobagu pada tahun 2000,” tutur Deyidi Mokoginta.
Generasi selanjutnya yang diwakili Fita Paputungan, banyak mengungkapkan perjuangan kepengurusan di awal tahun 2001.
“Saya sekretaris PD IRM menggantikan ka Dedy yang saat itu pindah ke Manado,” jelasnya.
Lanjut Fita, pada masa kepengurusannya sempat membedah buku kuning yang merupakan pedoman dalam pengkaderan di IRM. Selain itu kepengurusan ini mengutus salah seorang anggota yaitu Dudi Dotulong untuk mendalami masalah pengkaderan.
Tak hanya para pendiri dan mantan ketua maupun sekertaris yang mendapat kesempatan bernostalgia. Moderator juga memberikan waktu kepada mantan Ketum IPM Kotamobagu periode 2010-2012 Nurhikmah Longkun, menyampaikan pengalamannya menjadi ketua IPM.
Pada akhir perbincangan, para senior PW IPM Sulut kala itu, diantaranya Rizal Arsjad, Iqbal Makmur dan Rizan Sanusi Adam, oleh moderator didaulat menyampaikan pengalaman mereka saat pelaksanaan pengkaderan di Bolmong.
“Saya pertama ke Bolmong dalam rangka kegiatan IRM, bahkan saya sudah lupa siapa yang mejemput saya di terminal kala itu,” tutur Rizan Sanusi sambil memberikan semangat kepada para peserta diskusi.
Senada dengan Rizan, Ketua PDM Kota Manado Rizal Arsjad yang juga alumni IRM menjelaskan pengalamannya pertama menginjakkan kaki di Bumi Totabuan.
“Saya datang ke Bolmong pada saat pengkaderan di Passi dan Poyowa,” ungkpanya.
Penutur terakhir Iqbal Makmur memberikan motivasi kepada semua alumni IPM serta kader-kader penerus.
“Tetap semangat dalam beroganisasi dan selalu bisa bersing dengan organisasi lainnya,” ujar pria yang sudah lama menetap di Jakarta tersebut.
Sementara itu, Wahyudin Ukoli pada penghujung diskusi memperkenalkan profil para menutur kepada peserta diskusi, selanjutnya dia juga mengungkapkan maksud dan tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut, agar perjalanan IPM di Bolmong Raya bisa diketahui oleh para generasi penerus. Juga terjalin silaturahmi antar sesama alumni yang sudah lama tidak bertemu.
“Semoga apa yang kita lakukan malam ini akan menjadi semangat bagi adik-adik penerus kita di IPM,” ujaranya.
Lanjut Ukoli, dengan terbantuknya silaturahmi tersebut diharapkan para senior dapat membantu meringankan pengurus saat melakukan kegiatan.
“Saya sudah hitung jumlah kita di group ada seratus lebih, jika kita semua dapat berpartisipasi maka bisa saja sekali partisipasi dapat mebiayai dua kali pengkaderan,” pungkasnya seraya menutup kegiatan tersebut. (red)