Tondano, DetikManado.com – Pendeta Ros Masengi – Lumi MTh memberikan renungan kepada jemaat saat mengikuti ibadah. Masengi mengatakan, ketika umat mendengarkan perenungan pergi ke gereja atau beribadah, maka yang ada dalam pikiran adalah memperoleh inspirasi untuk pembenahan tingkah laku.
“Jadi, kalau ada yang belum tepat dari segala tingkah laku kita, kalau ada perbuatan-perbuatan yang belum berkenaan kepada Tuhan, saat datang ke gereja, kita bertujuan atau merelakan diri untuk ditegur dan disapa oleh firman Tuhan dalam rangka perbaikan perilaku kita,” imbuhnya, Minggu (02/02/2020), di GMIM Ekklesia Wengkol, Tondano, Minahasa, Sulut.
Kedatangan umat ke gereja atau persekutuan umat Allah untuk mencari keinginan pribadi. Umat tidak peduli bahwa keinginan pribadi sering kali bertentangan dengan firman Tuhan. Padahal, persekutuan umat Allah adalah untuk merelakan diri.
Masengi menuturkan, terkadang umat malas masuk ke gereja karena beberapa faktor, seperti khotbah yang berkaitan dengan minum-minuman keras, berdusta dan suka memprovokasi orang agar berkelahi serta perilaku amoral lainnya. Sehingga umat merasa disindir melalui khotbah tersebut. “Padahal firman Tuhan, ketika dibacakan pada saat itu, memang yang harus dikatakan. Tetapi di dalam kehidupan, masing sering kali (kita) belum siap untuk menerima teguran untuk perubahan,” imbuhnya.
Sesuai bacaan dari Yesaya 2:1-5 yang merupakan kesaksian nabi Yesaya, ingin mengingatkan agar umat manusia selalu menanamkan dalam diri, bahwa Tuhan adalah sumber dari segala sesuatu yang membangun hidup. Maka, manusia sebagai ciptaanNya berarti menggerakkan diri untuk terus mencari Tuhan. Selain itu, bacaan ini menggambarkan firman Tuhan didengarkan oleh Sion dan pengajaran yang ditujukan kepada Tuhan.
Masengi menjelaskan, sejak Perjanjian Lama sampai sekarang, pandangan umat terhadap Tuhan Allah tidak pernah berubah yakni sebagai pusat yang menjadikan manusia menjadi lebih baik dan sejahtera. Karena itu tetap berlaku ajakan, mari datang dan berjalan ke rumah Tuhan. Ajakan-ajakan yang tidak pernah usang dan redup. Dari dulu sampai sekarang ajakan-ajakan ini berlaku untuk umat Tuhan. “Karena sejak awal mula penciptaan ini, Tuhan Allah sudah menegaskan kekuasaan diriNya. Bahwa di dalam dia, terdapat banyak pengajaran yang menuntun kita pada perubahan sikap dan perilaku. Supaya lebih setia dan taat kepada Tuhan,” jelasnya.
Sekarang ini, umat manusia mengakui hidup di alam merdeka dan menikmati kebebasan yang luar biasa, sehingga selalu ada kecenderungan untuk tidak mencari rumah Tuhan. Manusia lebih suka mencari rumah duniawi, karena mendapatkan keinginan, kesenangan dan kebahagiaan. “Apakah benar demikian? Bahwa dalam rumah duniawi, kita lebih mendapatkan apa yang namanya kesejahteraan dan kebahagiaan?,” tanya Masengi kepada jemaat yang hadir.
Masengi menegaskan, kehidupan sekarang itulah dipenuhi tantangan yang membuat manusia cenderung memunculkan keinginan yang sifatnya duniawi. Sehingga tidak mengherankan, banyak orang tidak peduli lagi dengan persekutuan umat Allah. “Orang menanggap, itu tidak terlalu penting. Nanti saja kalau sudah ada keuntungan baru saya cari persekutuan rumah Tuhan. Nanti kalau ada kebutuhan mendesak, baru saya mau datang. Tetapi selagi saya merasa aman, masih sejahtera, dikuasai oleh pemikiran duniawi, ya sudah dianggap belum perlu dan butuh rumah Allah serta persekutuan,” tegasnya.
Dia mengatakan, nabi Yesaya mengingatkan persekutuan umat Allah menjadi kebutuhan umat dari waktu ke waktu. Entah dalam keadaan senang, sedih atau berduka, persekutuan umat Allah menjadi nomor satu. Karena, umat menemukan adanya firman Tuhan yang meneguhkan kepercayaan iman. Kemudian ia menerangkan soal perkembangan dan pelayanan, sikap umat terhadap gereja, baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi umat untuk setia dan taat kepada Tuhan serta lain sebagainya.
Dia berharap, umat menjadikan persekutuan rumah Tuhan sebagai kebutuhan utama yakni rohani dan iman yang memperoleh inspirasi sebagai pembenahan diri untuk perubahan-perubahan ke depan. (rf)