Ini 3 Program Kolaborasi Kemendikbudristek dan Kemenlu

Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim saat berdialog dengan para pemangku kepentingan Program Guru Penggerak di SMP St Nikolaus Tomohon, Sulut, Jumat 6 Januari 2023. (Foto: Kemendikbudristek)

Jakarta, DetikManado.com – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) berkolaborasi dengan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dalam kerja sama pendidikan dan kebudayaan.

Kolaborasi Kemendikbudristek dengan Kemenlu dilakukan dalam tiga program, yaitu Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA), beasiswa luar negeri, dan program kebudayaan.

“BIPA bukanlah hal yang baru bagi Kemendikbudristek karena itu sudah dimulai sejak tahun 60-an,” ujar Mendikbudristek Nadiem Anwar Makariem melalui Kepala Badan Bahasa, E Aminudin Aziz, Selasa (10/1/2023), seperti dikutip dari laman resmi Kemendikbudristek.

Aminudin Aziz mengatakan bahwa ramainya diplomasi lunak yang digagas oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) terdahulu, yakni Hassan Wirajuda, salah satunya adalah dengan pembelajaran Bahasa Indonesia untuk penutur asing.

Gagasan ini ditindaklanjuti oleh Kemendikbudristek untuk menyelenggarakan paket pembelajaran bahasa Indonesia yang ditujukan untuk penutur asing.

“Belajar Bahasa Indonesia bukan sebagai bahasa kedua, tetapi sebagai bahasa asing,” katanya.

Ia menambahkan bahwa terdapat dua jenis kelas dalam program BIPA, yaitu bahasa Indonesia untuk umum dan khusus.

Kelas umum difokuskan untuk mempelajari percakapan sehari-hari dan perkenalan serta meningkatkan kemampuan berbicara, menulis, dan membaca.

“Sementara itu, kelas khusus difokuskan untuk kepentingan bisnis dan militer,” ujarnya.

Aminudin Aziz menjelaskan bahwa pada awalnya program BIPA menyasar negara-negara besar, seperti Amerika, Australia, Jepang, dan Arab Saudi.

“Dulu ada 32 negara yang menyelenggarakan kelas BIPA, lalu saya berbicara kepada teman-teman untuk memperluasnya ke negara lain,” ungkapnya.

Kemendikbudristek juga turut berbicara dengan Kemenlu tentang apa yang menjadi program prioritas. Dalam 2 tahun, ada 20 negara yang telah mengikuti program BIPA. Berkat kerja sama dengan Kemenlu, program BIPA sudah mulai meluas. Saat ini sudah ada 52 negara yang melaksanakan program BIPA.

“Pada saat ini, negara Eropa tetap menjadi prioritas kami karena potensi ekonomi, politik, dan minat belajar mereka. Mengapa kami katakan potensi ekonomi? Itu karena setelah mereka belajar bahasa Indonesia, kita turut mendorong mereka untuk datang ke Indonesia,” jelasnya.

Program kedua yang juga merupakan wujud penguatan kolaborasi antara Kemendikbudristek dan Kemenlu adalah beasiswa luar negeri.

Kerja sama Kemendikbudristek dengan Kemenlu diperlukan dalam memantau hasil belajar dari para mahasiswa penerima beasiswa yang belajar di luar negeri.

“Di situlah kerja sama antarkedua kementerian dibutuhkan untuk memberi catatan dan evaluasi kepada pelajar kita,” ungkap dia.

Ia menjelaskan bahwa pemberian beasiswa bergelar untuk jenjang S-2 dan S-3 serta nirgelar, seperti program pendek selama 3 atau 6 bulan melibatkan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

Terdapat program pendek selama 6 bulan yang disebut dengan Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA). Para mahasiswa diberangkatkan ke perguruan tinggi bergengsi untuk mendapatkan perkuliahan terbaik. Tak terkecuali untuk pendidikan vokasi. Mahasiswa terpilih dapat mengikuti program magang dalam bidang industri di negara-negara maju.

“Kemendikbudristek juga mengundang mahasiswa melalui beasiswa Kemitraan Negara Berkembang atau KNB,” ujarnya.

Tujuannya adalah agar penerima beasiswa dari negara sahabat yang termasuk ke dalam kategori negara berkembang belajar di 27 perguruan tinggi di Indonesia.

Program ini dikelola di kementerian dan tersedia untuk program S-1, S-2, dan S-3.

Kemendikbudristek sedang membahas program Beasiswa Darmasiswa yang sudah dimulai sejak tahun 1970. Para mahasiswa yang mengikuti program ini akan belajar selama 1 tahun.

Program penguatan ketiga berkaitan dengan kebudayaan. Dengan kolaborasi yang baik antara Kemendikbudristek dan Kemenlu, pelaksanaan diplomasi pendidikan yang menjadi bagian dari diplomasi lunak bisa menjadi lebih baik dan terarah. Termasuk di dalamnya keterlibatan Indonesia dalam keketuaan ASEAN.

“Sehubungan dengan keketuaan ASEAN, Kemendikbudristek bekerja sama untuk fokus pada pendidikan dan kebudayaan. Untuk kebudayaan sendiri, Kemendikbudristek memiliki program kebudayaan bersama yang melibatkan negara-negara ASEAN,” katanya.

“Kalau kita saling mendukung, saya yakin diplomasi lunak ini akan berhasil guna dalam merumuskan platform bersama untuk menentukan arah pendidikan ke depan,” ujar dia memungkasi. (Yoseph Ikanubun)

 

 

Komentar Facebook