Buku Tidak Bisa Ditangkap
Penyitaan buku Magnis-Suseno hanyalah pengulangan sejarah panjang represi ide di Indonesia. Dari masa Orde Lama hingga Orde Baru, buku sering dijadikan kambing hitam. Kini, di era reformasi, buku kembali dianggap musuh.
Namun ada satu hal yang dilupakan aparat: buku tidak bisa ditangkap. Ide yang tertulis akan selalu menemukan jalan untuk dibaca, disebarkan, diperbincangkan.
Yuval Noah Harari dalam Sapiens (2011) mengingatkan bahwa manusia hidup dari narasi. Dan narasi tidak bisa diborgol. Justru setiap kali negara menyita buku, narasi perlawanan menjadi semakin kuat. (*)
* Alumnus STF Seminari Pineleng dan IAIN Manado
Referensi
- Franz Magnis-Suseno, Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme, 1983.
- Franz Magnis-Suseno, Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral, Kanisius, 1987.
- Michel Foucault, Discipline and Punish: The Birth of the Prison, 1975.
- Jürgen Habermas, The Structural Transformation of the Public Sphere, 1962.
- Hannah Arendt, The Origins of Totalitarianism, 1951.
- Hannah Arendt, Eichmann in Jerusalem: A Report on the Banality of Evil, 1963.
- Noam Chomsky, Manufacturing Consent: The Political Economy of the Mass Media, 1988.
- Noam Chomsky, Necessary Illusions: Thought Control in Democratic Societies, 1989.
- Slavoj Žižek, The Sublime Object of Ideology, 1989.
- Martha Nussbaum, Creating Capabilities, 2011.
- Francis Fukuyama, Political Order and Political Decay, 2014.
- Yuval Noah Harari, Sapiens: A Brief History of Humankind, 2011.
- Laporan Tempo, CNN Indonesia, Suara.com, Merdeka.com (2025) mengenai penyitaan buku karya Franz Magnis-Suseno.