Manado, DetikManado.com – Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Sulut membeberkan, ada sebanyak 62 penderita HIV di Kota Manado pada periode semester kedua tahun 2025. Jumlah itu diperoleh PKBI dari empat komunitas kunci yang didampingi.
“Kami melakukan program pencegahan dan penanggulangan HIV AIDS, dengan pendampingan pada empat komunitas kunci,” ujar Direktur PKBI Sulut Ir Jennifer Mawikere pada, Selasa (28/10/2025).
Dia mengatakan, pihaknya memastikan kondisi yang kondusif pada kelompok dampingan agar terlayani, dan membuka akses pelayanan kesehatan. Empat populasi kunci itu adalah Pekerja Seks Perempuan (PSP), pengguna narkoba suntik, Lelaki Seks Lelaki (LSL) dan trans gender.
“Ini menjadi bagian penting pelayanan PKBI Sulut. Diharapkan memutus rantai penularan HIV AIDS di Manado,” ujarnya.
Dia mengungkapkan, untuk populasi kunci PSP di Sulut jumlahnya sekitar 1.400 orang. Ada yang bekerja secara terang-terangan, ada juga di beberapa tempat seperti spa dan karaoke.
“Sedangkan untuk LSL di satu semester ini lebih kurang sebanyak tiga ribuan,” ungkap dia.
Sementara itu, untuk pengguna narkoba suntik ada sebanyak 254 orang. Ada yang setiap hari menyuntik, ada yang menyuntik satu bulan dua kali dan seterusnya.
“Dari program yang kami lakukan perlu dukungan berbagai pihak. Di dalamnya ada layanan yang tidak di bawah Dinas Kesehatan, sehingga kami perlu berkoordinasi dengan beberapa layanan,” ujarnya.
Jennifer mengatakan, setelah PKBI membentuk District Task Force (DTF), terdapat sejumlah hambatan dalam layanan. Untuk itulah perlu kerjasama dan dukungan dari berbagai stakeholders.
“Intinya kami berusaha agar komunitas ini mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan. Ketika mereka mengakses layanan kesehatan, tidak mengalami diskriminasi. Karena realitasnya banyak mengalami kendala dalam akses itu,” papar dia.
Jennifer mengatakan, kelompok dampingan berhak untuk mengakses layanan. Klien itu mendapat hak, dan teman petugas lapangan yang terlibat mendapat perlindungan.
“Kami berharap dibukakan jalan agar ada keleluasaan untuk mengakses hotspot tertentu untuk mengakses pekerja seks perempuan. Misalnya Spa, karaoke, pub dan cafe remang-remang. Tidak terang-terangan tapi kadang terselubung,” papar dia.
Dia mengungkapkan, pada semester kedua tahun 2025 ini, jumlah penderita HIV sudah mencapai 62 orang. Sedangkan pada semester lalu sebanyak 100 orang.
“Sedangkan kelompok dampingan jumlahnya demikian, apalagi masyarakat pada umumnya. Jika tidak peduli dengan isu ini (HIV AIDS), maka 10 – 15 tahun ke depan sudah lebih banyak kasus yang terjadi,” ujarnya. (yos)






