Pendidikan yang Memerdekakan

Kepala SMKN 1 Langowan Hartini Ngadiorejo saat upacara bendera bersama pada siswanya. (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Oleh: Hartini Ngadiorejo MPd*

Pendidikan adalah salah satu cara mempertahankan keberadaan suatu bangsa. Pendidikan yang berkualitas akan menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan yang baik sehingga dapat membuat suatu negara menjadi maju. Apabila mutu pendidikan negara itu baik maka negara itu akan maju . Sebaliknya apabila mutu pendidikan suatu negara rendah maka negara tersebut akan terkendala dan tidak berkembang. Pendidikan menjadi dasar untuk mempersiapkan masa depan yang gemilang. Pendidikan dapat membangun karakter dan kepribadian seseorang menjadi lebih baik dalam kehidupan dan pergaulan sebagai anggota masyarakat. Dengan Pendidikan manusia Indonesia akan mampu memaksimalkan potensi dan bakat yang dimilikinya.

Bacaan Lainnya

Ki Hajar Dewantara mengemukakan bahwa tujuan pendidikan adalah menuntun semua kodrat yang ada pada anak sehingga mereka mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Karenanya, pendidik itu hanya dapat menuntun berkembangnya kekuatan kodrat yang ada, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup . Untuk mencapai tujuan ini, dapat diwujudkan dengan pendidikan yang memerdekakan. Pendidikan yang memerdekakan yaitu anak diberi kebebasan dalam proses pembelajaran sesuai dengan minat, bakat dan potensinya, namun pendidik harus menjadi pendamping serta memberi tuntunan agar anak tidak kehilangan arah dan berakibat mencelakakan diri. Sehingga sebagai seorang pendidik kita harus dapat menerapkan pendidikan yang memerdekakan anak didik.

Pada kenyataannya dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah masih ada pendidik yang belum memerdekakan anak didik. Misalnya pendidik masih menyamaratakan kemampuan anak dalam kelas, sehingga perlakuan dalam kelas pun disamaratakan. Padahal pada hakikatnya setiap anak-anak itu memiliki kemampuan yang berbeda dan menghendaki perlakuan yang berbeda. Sehingga sebagai seorang pendidik kita harus mengetahui dan memahami perbedaan karakter setiap anak dan menyesuaikan metode pembelajaran yang dapat mewakili perbedaan tersebut.

Ada beberapa kekeliruan pendidik dalam mengajar yaitu:
1. Pendidik tidak berusaha mengetahui kemampuan awal anak didik. Diagnosis tentang keadaan anak didik sering tidak dilakukan pendidik, sehingga ia tidak mengetahui kemampuan awal atau pemahaman tentang materi dari anak didik.

2. Pendidik tidak pernah mengajak berpikir anak didik. Seorang pendidik tidaksekedar menyampaikan materi pelajaran namun harus melatih kemampuan anak didik untuk berpikir sehingga dapat memaksimalkan aspek kognitifnya secara penuh dan terarah. Materi pelajaran seharusnya digunakan sebagai alat untuk melatih kemampuan berpikir bukan sebagai tujuan. pendidik yang hanya menyampaikan informasi akan membuat anak didik kehilangan motivasi dan konsentrasinya. pendidik dalam mengajar seharusnya mengajak berpikir anak didik sehingga melalui kemampuan berpikir akan terbentuk anak didik yang cerdas dan mampu memecahkan setiap persoalan yang dihadapinya.

3. Pendidik tidak berusaha memperoleh refleksi/umpan balik. Proses mengajar adalah proses yang bertujuan. Oleh sebab itu, apa yang dilakukan pendidik hendaknya mengarah pada sebuah pencapaian tujuan. Setiap proses mengajar pendidik perlu mendapatkan refleksi/umpan balik, apakah tujuan yang ingin dicapai sudah dikuasai anak didik atau belum. Apakah proses atau gaya bicara pendidik dapat dimengerti oleh anak didik atau tidak. Hal ini sangat diperlukan untuk proses perbaikan mengajar yang telah dilakukannya.

4. Pendidik menganggap bahwa ia adalah orang yang paling mampu dan menguasai pelajaran. Dalam era informasi sekarang ini seharusnya telah terjadi perubahan peranan pendidik. pendidik tidak lagi berperan sebagai satu- satunya sumber belajar (learning resources) akan tetapi lebih berperan sebagai pengelola pembelajaran (manager of instruction). Dalam posisi semacam ini bisa jadi pendidik dan anak didik saling membelajarkan.

5. Pendidik tidak menggunakan media pembelajaran untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Media pembelajaran dapat dimanfaatkan untuk mempermudah dan memperjelas penyampaian materi, memperlancar interaksi guru dan siswa, sehingga anak didik belajar secara optimal, menumbuhkan rasa semangat belajar serta sebagai alat dan bahan untuk membantu guru dalam proses belajar mengajar sehingga anak didik dengan mudah memahami isi materi pembelajaran dan

Kepala SMKN 1 Langowan, Hartini Ngadiorejo MPd.

Berdasarkan beberapa kekeliruan pendidik di atas, sebagai seorang pendidik harus mengetahui kemampuan awal dan pendidik hendaknya mengajak berpikir anak didik. Pendidik harus mengetahui kemampuan awal anak didik untuk menentukan strategi belajar mengajar. Dengan mengetahui strategi pembelajaran, proses pembelajaran pun akan berjalan dengan lancar. Selain itu, sebagai seorang pendidik hendaknya mengajak anak didik berpikir misalnya dalam pemecahan masalah di kelas. Saat pendidik mempunyai pertanyaan, berikan kesempatan kepada anak didik untuk sejenak berpikir mengenai jawaban dari pertanyaan tersebut. Jika ada anak didik yang tidak tahu, anak didik dibimbing untuk menemukan jawabannya. pendidik jangan langsung menjawab pertanyaan sendiri tanpa memberikan kesempatan anak didik untuk berpikir.

Komentar Facebook

Pos terkait