Vatikan, DetikManado.com – Paus Fransiskus mengajak para pendidik Katolik untuk selalu mengarahkan pandangan mereka kepada Yesus guna membantu mereka dalam tugas dan pergumulan sehari-hari.
Paus Fransiskus juga memperingatkan terkait perundungan di sekolah, yang menunjukkan bahwa sikap ini dapat menyebabkan konflik.
“Bagaimana kita dapat menghindari kehilangan harapan dan terus memeliharanya setiap hari? Dengan terus mengarahkan pandangan kita kepada Yesus, guru dan pendamping dalam perjalanan kita,” kata Paus Fransiskus kepada para pendidik di Vatikan pada Sabtu (4/1/2025), sebagaimana dilansir dari vaticannews.va.
Bapa Suci menerima delegasi untuk peringatan 80 tahun Asosiasi Guru Katolik Italia dan Persatuan Guru, Kepala Sekolah, Pendidik, dan Pelatih Katolik Italia, serta peringatan 50 tahun Asosiasi Orang Tua Sekolah Katolik.
“Ini adalah kesempatan yang luar biasa untuk merayakan bersama, merenungkan sejarah Anda, dan menatap masa depan,” katanya.
Pedagogi Tuhan
Mengingat bahwa pertemuan mereka berlangsung selama musim liturgi Natal, waktu yang menyingkapkan pedagogi Tuhan.
Oleh karena itu, Paus Fransiskus bertanya kepada mereka yang berkumpul, apa metode pendidikan-Nya?’. “Itu adalah metode kedekatan, kasih sayang, dan kelembutan,” ujarnya.
Paus juga mengingatkan bahwa ketiga kualitas ini penting. “Seperti seorang guru yang memasuki dunia murid-muridnya, Tuhan memilih untuk hidup di antara manusia, mengajar melalui bahasa kehidupan dan cinta,” ujarnya.
Paus Fransiskus menambahkan, pedagogi Tuhan memanggil manusia untuk hidup dalam persekutuan dengan-Nya dan sesama sebagai bagian dari proyek persaudaraan universal, di mana keluarga memiliki peran sentral dan tak tergantikan.
Merefleksikan ‘keluarga,’ Paus membagikan sebuah anekdot yang diceritakan seseorang kepadanya setelah orang tersebut pergi makan siang pada suatu hari Minggu. Di meja sebelah pria di restoran itu, Paus Fransiskus mengenang, ada sebuah keluarga, “ayah, ibu, anak laki-laki, dan anak perempuan—semuanya terpaku pada ponsel mereka, tidak berbicara satu sama lain.”
Pria ini, kata Paus, merasa ada yang salah dan mendekati mereka, sambil berkata: ‘Kalian adalah keluarga, mengapa kalian tidak berbicara satu sama lain alih-alih menatap ponsel kalian?’ Paus berkata mereka hanya menepisnya dan melanjutkan.
“Silakan, dalam keluarga, mari kita bicara!” Paus Fransiskus menekankan, keluarga adalah tentang dialog, dan dialog membantu manusia tumbuh.
“Silakan, dalam keluarga, mari kita bicara!”
Bapa Suci juga mengingat pertemuan hari ini terjadi di awal perjalanan Yubelium, dan bahwa Tahun Suci memiliki banyak hal untuk dikatakan kepada dunia pendidikan dan sekolah.
Mengingat fokus Yubelium pada Peziarah Harapan, Paus menekankan bahwa guru yang baik adalah pria atau wanita yang memiliki harapan karena mereka mendedikasikan diri mereka dengan kepercayaan dan kesabaran untuk sebuah proyek pertumbuhan manusia.
“Harapan mereka tidak naif, harapan itu berakar pada kenyataan dan ditopang oleh keyakinan bahwa setiap upaya pendidikan memiliki nilai dan bahwa setiap orang memiliki martabat dan panggilan yang layak untuk dikembangkan,” papar Paus Fransiskus.
“Hati saya hancur ketika saya melihat anak-anak yang tidak dididik, dipaksa bekerja, dieksploitasi, mengais makanan atau barang untuk dijual di tumpukan sampah,” tuturnya.
“Itu memilukan dan ada begitu banyak anak seperti itu!” lanjut Paus.
Di tengah semua ini, Paus mengatakan, harapan dan menjaga mata tetap fokus kepada Yesus adalah solusi untuk mengatasi kesulitan dan tekanan sehari-hari, karena Tuhan ada di sisi dan menjadi sahabat.
Bapa Suci memuji segala upaya pendidikan di sekolah untuk mempromosikan perdamaian, dengan mencatat bahwa membayangkan perdamaian meletakkan dasar bagi dunia yang lebih adil dan persaudaraan, melalui setiap mata pelajaran yang diajarkan dan melalui kreativitas anak-anak dan kaum muda.
“Tetapi jika, di sekolah, kalian berperang di antara kalian sendiri atau terlibat dalam penindasan, kalian sedang mempersiapkan perang, bukan untuk perdamaian,” ujar Paus mengingatkan.
Di tengah berbagai tantangan, Paus Fransiskus menyerukan pembentukan semacam perjanjian antar asosiasi untuk lebih mewakili wajah gereja di sekolah dan untuk sekolah.
Dengan memberi tahu mereka untuk fokus pada masa kini sekolah, yang juga merupakan masa depan masyarakat, Bapa Suci mendesak mereka yang berkumpul untuk memikirkan guru–guru muda yang mengambil langkah pertama. Juga keluarga yang sering merasa sendirian dalam tanggung jawab pendidikan mereka, dan untuk memberi mereka dukungan yang tulus.
Paus Fransiskus mengakhiri dengan menyampaikan Berkat Apostoliknya, mengingatkan mereka bahwa harapan tidak pernah mengecewakan, dan sekali lagi, memperingatkan terhadap perundungan. (yos)