Manado, DetikManado.com – The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) Daerah Sulut menggelar diskusi dalam rangkaian Road to Green Press Community (GPC) 2026. Diskusi pertama ini digelar pada, Rabu (3/12/2025), bersama Manengkel Solidaritas, salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lokal yang konsern dengan isu lingkungan pemberdayaan masyarakat.
“Butuh cara tepat untuk memberdayakan masyarakat pesisir yang ujungnya peningkatan kesejahteraan. Salah satu solusi yang bisa digunakan adalah konsep desa ekowisata,” tutur Ketua Manengkel Solidaritas Sella Runtulalo.
Dia mengatakan, pemberdayaan warga pesisir berbasis desa wisata telah lama diinisiasi Manengkel Solidaritas, seperti pengembangan konsep itu di Desa Bahoi, Kabupaten Minahasa Utara dan Kampung Bahowo, Kota Manado. Teamwork Manengkel menggunakan kucuran dana dari beberapa funding untuk melakukan penanaman mangrove di lokasi-lokasi desa dekat bibir pantai itu.
“Yang menjadi tujuan akhir bukan hanya menjaga ekosistem pesisir dari abrasi dan efek pemanasan global. Lama kelamaan, padang mangrove yang tumbuh subur menarik perhatian berbagai pihak untuk dikunjungi, dan tentu menghasilkan pendapatan bagi warga setempat,” tuturnya.
Diketahui, kawasan desa wisata Bahoi dan Bahowo dikenal sebagai salah satu objek wisata konservasi di pesisir yang menerima kunjungan banyak wisatawan. Mangrove Park Bahowo bahkan bisa menyejahterakan warga sekitar.
“Warga memperoleh pendapatan dari ekowisata itu,” ujarnya.
Sella Runtulalo memaparkan, jalan menuju pemberdayaan warga pesisir seperti ini butuh kerja keras. Tidak serta-merta langsung menuai hasil.
“Kita butuh dukungan dan kepercayaan masyarakat, kemudian mengajak semua pihak di situ untuk peduli baik pemerintah desa hingga perusahaan-perusahaan yang ada di dekat lokasi,” katanya.
Dia menuturkan, agar prospek kesejahteraan bisa berkelanjutan, Manengkel ikut melakukan penguatan pada sumber daya desa. Lokasi kerja saat ini, di Desa Kapitu, Kabupaten Minahasa Selatan, dengan konsep pengembangan yang sama yaitu ekowisata, Manengkel bahkan melibatkan ratusan warga.
Mereka dilatih berbagai hal.
“Pengelola Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) diedukasi agar mampu melakukan tata kelola usaha,” ujarnya.
Puluhan warga lain diajak melakukan pembangunan fisik fasilitas yang mendukung pesisir Kapitu sebagai objek wisata.
Bawah laut Desa Kapitu, langit dia, ternyata menyimpan pesona luar biasa sebagai spot penyelaman. Menurutnya, Sella panorama bawah lautnya adalah paduan antara Bunaken dan Lembeh.
“Jadi kami ajak pengusaha pariwisata dan dive club ke Kapitu untuk menunjukkan pesonanya, kami perlihatkan bagaimana masyarakat bisa bertanggung jawab dalam tata kelola dan pelestarian, sehingga stakeholders berjanji akan mempromosikan Kapitu ke wisatawan dalam dan luar negeri,” tutur Sella.
Terkait kolaborasi dengan media, dia menyebutkan, NGO atau LSM pada umumnya membutuhkan media sebagai sarana edukasi dan publikasi program.
“Saya kira organisasi non-pemerintah dan media saling membutuhkan, keterlibatan media pada kerja-kerja NGO di Sulut masih minim dan ini ke depan yang harus kita pikirkan bersama,” tutur Sella.
Sementara itu, Ketua SIEJ Daerah Sulut Findamorina Muhtar mengatakan diskusi dengan Manengkel membuka berbagai ruang persepsi pada tata kelola pesisir berkelanjutan. Hal mana menurutnya sejalan dengan tema besar event Green Press Community 2026; Jurnalisme Melindungi Wilayah Pesisir & Pulau-pulau Kecil.
Giat SIEJ Sulut sejak 2014 terfokus pada bagaimana mengangkat persoalan lingkungan sebagai kebijakan dalam ruang redaksi. Ini mengingat ada semacam anggapan di kalangan jurnalis bawah isu-isu lingkungan kurang seksi.
“Alasannya isu lingkungan itu tidak profit, sehingga kita terus membangun paradigma di redaksi masing-masing bahwa pelestarian lingkungan harus punya space dalam pemberitaan karena ini krusial,” jelas Finda didampingi Sekretaris SIEJ Daerah Sulut Julkifli Madina.
Di sisi lain, membangun relasi dengan NGO lokal adalah langkah SIEJ pada keterbukaan akses informasi berbasis data yang kredibel.
“Jurnalis juga melihat NGO sebagai narasumber terpercaya setelah mengamati kerja-kerjanya terfokus pada hasil yang berdampak bagi masyarakat,” tuturnya.
Diketahui, SIEJ Simpul Sulut belum lama.ini mengalami perubahan struktur organisasi menjadi SIEJ Daerah Sulut. Pengurus Nasional SIEJ kemudian mempercayakan SIEJ Daerah Sulut sebagai tuan rumah pelaksanaan GPC dan Rapat Umum Anggota (RUA) tahun 2026.
Ketua Panitia RUA dan GPC SIEJ, Yoseph Ikanubun menambahkan, SIEJ akan menggelar GPC ke-3 dan yang pertama di luar Jakarta. Event itu akan digelar pada Januari 2026 di Kota Manado.
Ada sejumlah konferensi, seminar, worshop dan talkshow dalam event tahunan itu.
“GPC akan menghadirkan para pemangku kepentingan terkait isu lingkungan mulai dari jurnalis, LSM, akademisi, mahasiswa, pemerhati lingkungan, pemerintah hingga pelaku usaha,” tutur Ikanubun didampingi Wakil Ketua Panitia Agustinus Hari, dan Sekretaris Panitia Ady Putong. (yos)














