Jakarta, DetikManado.com – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) berkolaborasi dengan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dalam kerja sama pendidikan dan kebudayaan.
Kolaborasi Kemendikbudristek dengan Kemenlu dilakukan dalam tiga program, yaitu Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA), beasiswa luar negeri, dan program kebudayaan.
“BIPA bukanlah hal yang baru bagi Kemendikbudristek karena itu sudah dimulai sejak tahun 60-an,” ujar Mendikbudristek Nadiem Anwar Makariem melalui Kepala Badan Bahasa, E Aminudin Aziz, Selasa (10/1/2023), seperti dikutip dari laman resmi Kemendikbudristek.
Aminudin Aziz mengatakan bahwa ramainya diplomasi lunak yang digagas oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) terdahulu, yakni Hassan Wirajuda, salah satunya adalah dengan pembelajaran Bahasa Indonesia untuk penutur asing.
Gagasan ini ditindaklanjuti oleh Kemendikbudristek untuk menyelenggarakan paket pembelajaran bahasa Indonesia yang ditujukan untuk penutur asing.
“Belajar Bahasa Indonesia bukan sebagai bahasa kedua, tetapi sebagai bahasa asing,” katanya.
Ia menambahkan bahwa terdapat dua jenis kelas dalam program BIPA, yaitu bahasa Indonesia untuk umum dan khusus.
Kelas umum difokuskan untuk mempelajari percakapan sehari-hari dan perkenalan serta meningkatkan kemampuan berbicara, menulis, dan membaca.
“Sementara itu, kelas khusus difokuskan untuk kepentingan bisnis dan militer,” ujarnya.
Aminudin Aziz menjelaskan bahwa pada awalnya program BIPA menyasar negara-negara besar, seperti Amerika, Australia, Jepang, dan Arab Saudi.
“Dulu ada 32 negara yang menyelenggarakan kelas BIPA, lalu saya berbicara kepada teman-teman untuk memperluasnya ke negara lain,” ungkapnya.
Kemendikbudristek juga turut berbicara dengan Kemenlu tentang apa yang menjadi program prioritas. Dalam 2 tahun, ada 20 negara yang telah mengikuti program BIPA. Berkat kerja sama dengan Kemenlu, program BIPA sudah mulai meluas. Saat ini sudah ada 52 negara yang melaksanakan program BIPA.
“Pada saat ini, negara Eropa tetap menjadi prioritas kami karena potensi ekonomi, politik, dan minat belajar mereka. Mengapa kami katakan potensi ekonomi? Itu karena setelah mereka belajar bahasa Indonesia, kita turut mendorong mereka untuk datang ke Indonesia,” jelasnya.
Program kedua yang juga merupakan wujud penguatan kolaborasi antara Kemendikbudristek dan Kemenlu adalah beasiswa luar negeri.