Menengok Upaya Pencegahan dan Penanganan Stunting di Kaki Gunung Klabat

Rumah yang ditempati keluarga Yanitje Nomleni di Kelurahan Airmadidi Atas, Kecamatan Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara, Sulut. (Foto: Yoseph Ikanubun/DetikManado.com)

DetikManado.com, Airmadidi – Kasus stunting menjadi persoalan di Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut). Bupati Joune Ganda menggandeng sejumlah pihak untuk menanganinya. Salah satunya adalah pihak Danone melalui PT Tirta Investama Airmadidi.

Berikut hasil liputan wartawan DetikManado.com Yoseph Ikanubun.

Setelah menempuh perjalanan lebih dari satu jam dari Kota Manado, sekitar pukul 10.00 Wita, Kamis 13 Oktober 2022, sebuah mobil milik PT Tirta Investama Airmadidi tiba di Kabupaten Minahasa Utara.

Kabupaten Minahasa Utara yang berpenduduk 226.915 jiwa ini, merupakan salah satu dari 15 kabupaten dan kota di Sulut. Terletak di kaki Gunung Klabat, gunung tertinggi di Sulut, Kabupaten Minahasa Utara yang berdiri sejak 2003 adalah daerah pemekaran dari Kabupaten Minahasa.

Tepat di Kelurahan Airmadidi Atas, Kecamatan Airmadidi, mobil itu memasuki gang sempit di samping sebuah gereja. Kendaraan itu akhirnya berhenti di sebuah pekarangan yang berukuran sekitar 8×10 meter. Berdiri sebuah rumah yang sederhana beratap seng dan berdinding papan.

Masyelin Pangulimang, seorang tenaga pendamping dari Manengkel Solidaritas yang merupakan mitra kerja PT Tirta Investama berada di rumah tersebut. Syelin ada bersama Yanitje Nomleni, dan seorang balita bernama Ayana Vedina Tana yang berusia 3 tahun, 3 bulan.

“Ini rumah keluarga dari salah satu balita yang menderita stunting atau gizi buruk,” ujar Syelin, panggilan akrab alumnus Program Studi Gizi, Politeknik Kesehatan (Poltekes) Manado ini.

Stunting adalah kondisi yang ditandai ketika panjang atau tinggi badan serta berat badan anak kurang jika dibandingkan dengan umurnya. Penyebab utama gangguan pertumbuhan karena kurang gizi menahun atau malnutrisi kronis.

Yanitje merupakan pendatang dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Dia tiba di Minahasa Utara 5 tahun silam. Yanitje baru menyadari bahwa balita perempuannya Ayana menderita stunting saat berusia 4 bulan.

“Melihat kondisi stunting di Minahasa Utara, kami dari Manengkel Solidaritas dengan dukungan dari phak Danone Indonesia melalui PT Tirta Investama atau Pabrik Aqua Airmadidi kemudian menyusun program pencegahan dan penanganan stunting,” ujarnya.

Masyelin Pangulimang memberikan penjelasan terkait keberadaan kebun gizi. (Foto: Yoseph Ikanubun/DetikManado.com)

Sejumlah program dilakukan mulai dari sosialisasi, pencegahan, monitoring balita stunting, hingga intervensi terhadap kasus stunting. Selain itu juga dilakukan sosialisasi terkait anemia di SMKN 1 Airmadidi, SMAN 1 Airmadidi serta SMK Baramuli Airmadidi.

“Kami juga melakukan sosialisasi perilaku hibup bersih dan sehat, dan gizi seimbang di sejumlah sekolah dasar. Selain itu ada pula sosaliasi tentang pangan dan gizi pada ibu hamil dan balita,” ujatnya.

Syelin menuturkan, pihaknya melakukan sosialisasi kepada ibu hami agar mengetahui gizi apa saja yang harus dikonsumsi saat hamil. Hal ini untuk mencegah berat badan lahir rendah atau BBLR. Karena penyebab stunting adalah kebutuhan gizi semasa hamil.

“Jika saat hamil asupan gizi tidak tercukupi, maka waktu lahir berat badan bayi tersebut tidak normal atau BBLR,” ujarnya.

Sejumlah faktor risiko dan potensi sumber penyebab stunting adalah status gizi ibu, status kesehatan ibu selama masa kehamilan, praktik menyusui. Selain itu periode pemberian ASI eksklusif yang tidak tepat, pemberian makanan pendamping ASI atau MPASI yang tidak benar, infeksi, kelahiran premature, serta anemia.

“Terkait itu, kami terus mensosialisasikan untuk mengkonsumsi sayur dan buah-buahan pada anak di Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD serta pada ibu mereka,” kata Syelin.

Ada sejumlah tips dan trik yang dilakukan Syelin agar anak-anak mau mengkonsumsi sayuran. Karena biasanya mereka bosan jika terus menerus makan sayur. Caranya adalah dengan mengolah sayuran lebih menarik, dibuat cemilan.

“Ini memacu anak-anak terutama balita untuk bisa mengkonsumsi sayuran,” ujarnya.

Selain melakukan sosialisasi untuk pencegahan, juga dilakukan monitoring di Posyandu secara bersama-sama dengan pihak Puskesmas setempat. Dengan bantuan pihak Pabrik Aqua Airmadidi, juga diberikan makanan tambahan untuk bayi dan balita di Posyandu.

“Makanan tambahan itu contohnya kacang hijau yang bisa membantu asupan gizi untuk balita. Setiap turun lapangan kami bekerjasama dengan Dinas Kesehatan,” kata Syelin.

Saat ini, Syelin bersama timnya menangani dua kasus stunting di Kelurahan Airmadidi Atas, sejak Februari 2022 silam. Selain balita Ayana, ada juga satu balita di Kampung Buton.

Untuk balita Ayana, berat badan awal saat ditangani adalah 8 kilogram. Sedangkan berat badan normal untuk balita seusia Ayana adalah 10,4 kilogram. Dalam kurun waktu sejak penanganan awal, dilakukan monitoring, edukasi, intervensi dan memberi makanan tambahan.

“Kami juga melakukan pengukuran antropometri. Setiap turun lapangan 1 bulan sekali, balita ditimbang, diukur tinggi badan. Saat ini berat badan Ayana sudah mencapai 9,4 kilogram,” ujarnya.

Menurut sang ibu Yanitje Nomleni, beberapa waktu lalu berat badan Ayana sebenarnya sudah normal. Namun karena balitanya itu menderita sakit beberapa hari, berat badannya kembali turun.

“Untuk tinggi badannnya saat ini sudah 85 cm, dari angka normal 85,8 cm. Artinya tinggal butuh 0,8 cm untuk mencapai angka normal. Kami akan terus melakukan monitoring serta intervensi,” kata Syelin.

Komentar Facebook