Santje Maarisit datang membawa dua piring penuh pisang goreng. Tak ada yang istimewa memang. “Sama seperti pisang goreng biasa, di daerah lainnya. Buah pisang masak atau setengah ranum, dibelah dua, dipotong menjadi dua atau empat bagian. Dicelupkan ke adonan terigu, lalu digoreng,” tutur Santje.
Nah yang berbeda kemudian adalah saat Santje muncul lagi dengan satu piring ukuran sedang dan beberapa piring kecil sesuai jumlah pengunjung yang memesan pisang goreng. “Ini depe dabu-dabu (ini sambalnya). Kalau terlalu pedis, bisa tambahkan kecap,” ujar dia.
Ini yang mungkin berbeda dengan daerah lainnya di Indonesia, karena di Manado dan Sulawesi Utara umumnya, menikmati pisang goreng itu dengan dabu-dabu alias sambal. Menurut Santje, bahan dasar dabu-dabu atau sambal umumnya sama, hanya ditambahkan ikan roa. “Sehingga sering disebut dabu-dabu roa,”jelas Santje.
Untuk satu piring pisang goring dabu-dabu ini, Santje memberi harga Rp5 ribu.
Dian Nursanty, salah satu pengunjung di warung itu mengakui makan pisang goreng pakai sambal baru ditemuinya di Manado. “Saya sudah singgah di banyak daerah di Indonesia. Baru di Manado saya temukan makan pisang goreng pakai sambal,”ujar Dian, pegiat LSM dari Jakarta ini.
Wisatawan bisa memilih menu lain seperti tinutuan, mie cakalang, gohu dan lainnya. Dengan modal Rp20 ribu, wisatawan sudah puas menikmati berbagai kuliner ini.(joe)