Selamatkan Yaki Edukasi Pelajar dan Mahasiswa untuk Menjaga Satwa Liar, Terancam Punah dan Dilindungi

Selamatkan Yaki kian gencar melakukan edukasi kepada para pelajar dan mahasiswa di Sulut agar tidak memburu, menjual, memakan dan memelihara satwa liar, terancam punah dan dilindungi lewat gerakan 'Bekeng Sulut Bangga'.

Manado – Pengetahuan tentang konservasi satwa liar perlu disosialisasikan sejak dini. Hal ini membuat Program Selamatkan Yaki kian gencar melakukan edukasi kepada para pelajar dan mahasiswa di Sulut agar tidak memburu, menjual, memakan dan memelihara satwa liar, terancam punah dan dilindungi lewat gerakan ‘Bekeng Sulut Bangga’.

Supervisor Program Selamatkan Yaki Yunita Siwi didampingi Koordinator Edukasi Program Selamatkan Yaki Purnama Nainggolan menjelaskan, sejak bergerak di tahun 2011, Selamatkan Yaki telah melakukan edukasi ke banyak sekolah di Sulut.

Bacaan Lainnya

“Kami berharap, materi-materi tentang penyelamatan satwa dan habitatnya ini bisa masuk dalam muatan lokal sehingga edukasi dimulai sejak dini di bangku sekolah,” ujar Yunita Siwi, Sabtu (10/8/2024).

Adapun upaya meningkatkan pengetahuan tentang konservasi satwa liar ini merupakan satu dari lima point deklarasi yang telah disepakati Pemerintah Provinsi Sulut dan sejumlah kabupaten kota lainnya seperti Pemerintah Kabupaten Minahasa dan Kabupaten Minahasa Selatan.

Salah satu proses edukasi yang dilakukan yaitu digelarnya Festival Lingkungan Bekeng Sulut Bangga, pada Senin-Rabu (5-7/8/2024) lalu yang melibatkan ratusan pelajar SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi.

“Edukasi yang kami lakukan disesuaikan dengan usia anak-anak ini. Untuk SD, dimulai dari lomba mewarnai dan menggambar. Untuk SMP dan SMA bisa dengan lomba membaca puisi atau pidato dengan tema satwa liar,” tambah Purnama Nainggolan.

Founder Program Selamatkan Yaki Jhon Tasirin juga ikut mengapresiasi kerja-kerja stakeholder terkait yang memiliki semangat penyelematan satwa dan lingkungan. Mitra kerja itu antara lain Macaca Nigra Project, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS), Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Tasikoki. Kemudian Dinas Pertanian dan Peternakan Sulut, Dinas Kehutanan Sulut, mahasiswa Program Studi Kehutanan Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado serta para pelajar Sulut.

“Untuk menyelamatkan lingkungan kita, program Bekeng Sulut Bangga adalah agar supaya ekosistem keanekaragaman hayati itu terpelihara dan semua stakeholder bisa bergandengan tangan untuk melakukan kegiatan penyelamatan,” ujarnya.

Beroperasi sejak tahun 2011, Program Selamatkan Yaki terus fokus untuk melindungi Macaca Nigra, monyet hitam Sulawesi dan habitatnya, melalui kegiatan konservasi, pendidikan dan penelitian.

Program perlindungan pun kian kompleks seiring maraknya aksi perburuan dan perusakan terhadap habitat Yaki itu sendiri, sehingga Selamatkan Yaki kian gencar menebar semangat lewat gerakan yang lebih luas, ‘Bekeng Sulut Bangga, Jaga Satwa Liar, Terancam Punah dan Dilindungi’.

Lewat gerakan tersebut, Selamatkan Yaki mengajak masyarakat Sulut untuk stop memburu, menjual, memakan dan memelihara satwa liar, terancam punah dan dilindungi.

Hal ini diapresiasi Pemerintah Provinsi Sulut, khususnya Kepala Dinas Kehutanan Sulut Jemmy Ringkuangan.

“Perlu langkah-langkah konkrit lainnya di lapangan yang perlu diambil untuk memastikan keberlanjutan dan pelestarian satwa liar yang terancam punah dan dilindungi di Sulut. Ini tanggungjawab bersama seluruh komponen masyarakat agar Sulut bisa tetap lestari,” tutur Jemmy Ringkuangan. (yos)


Pos terkait