Makin lama, kerusakan makin parah. Atap ruang kelas, misalnya, disebut sudah makin lapuk. Pihak sekolah pun tak mau ambil risiko. Karena kayunya sudah tidak kuat karena merupakan bangunan lama.
“Makanya ruangan ini tidak dipakai ruang kelas lagi dan hanya setengah ruangan yang sisa dipakai ruangan guru,” jelas Raturandang.
Bangunan kelas yang dibangun sejak 2008 itu sebagian kayu penyangga atap ruang kelas sudah mulai berjatuhan. Sementara pada bagian depan kelas hampir semua plafon akan jatuh, dan atap seng pun sudah banyak yang bocor.
“Kami sudah berkoordinasi dengan dinas terkait agar tiga ruangan yang rusak itu dapat segera diperbaiki. Namun belum tahu waktu pastinya. Kami hanya bisa menunggu. Harapan kami secepatnya diperbaiki agar proses KBM lancar,” ujarnya.
Raturandang mengatakan, apabila rehabilitasi tiga ruangan yang rusak itu sudah dilakukan, ruang kelas di sekolahnya tetap akan kurang. Sebab, sejak awal jumlah ruang kelas di sekolah yang saat ini jumlah siswanya terdapat 175 orang itu hanya ada enam unit.
“Memang di sini ruang kelasnya hanya ada enam. Jadi kalaupun nanti direhab, jumlah ruang kelas di sini masih kurang,” kata dia.
Pihak sekolah telah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Manado agar ruang kelas di sekolahnya bisa ditambah.
“Tapi lahan sekolah ini sudah tidak besar lagi. Tidak mungkin ada penambahan ruangan, kecuali dijadikan dua lantai,” ujarnya. (Yoseph Ikanubun)