“Mereka menyadari jika selama ini sebagai jurnalis mereka tidak baik-baik saja. Butuh pemahaman dan kesadaran untuk memerangi ketidaksetaraan gender dan diskriminasi yang tidak hanya terjadi di luar tetapi kadang terjadi juga di tempat kerja,” jelas Neno.
Salah satu peserta pelatihan, Laras Dondo, mengaku senang bisa terlihat dalam proses pelatihan.
“Dari apa yang saya pelajari selama dua hari, saya mulai mengerti bahwa butuh keberanian dan kesadaran untuk menerima perbedaan, memahami hak-hak jurnalis, serta butuh mitigasi yang baik sebelum melakukan peliputan guna meminimalisir risiko saat meliput, sebab sebagaimana yang diketahui bersama tidak ada berita seharga nyawa,” kata Laras.
Pernyataan yang sama juga disampaikan Yulia Walandouw, Agung Sugiono dan jurnalis senior, Gracey Wakary, bahwa pelatihan ini bukan hanya sekadar menambah pengetahuan, tetapi terutama menambah pengalaman, wawasan dan memperkuat jejaring.
“Kami berharap kegiatan seperti ini, bisa sering dilaksanakan, sehingga akan makin mempertajam kemampuan,” katanya.
Demikian juga dengan jurnalis Sri Surya, yang mengatakan, pelatihan itu menambah senjata untuk bertarung dalam dunia jurnalistik yang serba tidak terduga. (Yoseph Ikanubun)