MPLS di SMKN 1 Wori, Puluhan Siswa Belajar Mengidentifikasi dan Menangkal Hoaks

Kepala SMKN 1 Wori Rein H Sineri (kanan) saat memberikan pengantar sebelum pemberian materi tentang Mengidentifikasi dan Menangkal Hoaks saat MPLS, Kamis (13/7/2023). (Foto: Dokumentasi SMKN 1 Wori).

Wori, DetikManado.com – Puluhan siswa SMKN 1 Wori, Kamis (13/7/2023), antusias belajar mengidentifikasi dan menangkal hoaks. Materi ini menjadi salah satu sesi pembekalan bagi siswa baru dalam Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah atau MPLS.

Kepala SMKN 1 Wori Rein H Sineri mengatakan, pengetahuan dan ketrampilan para siswa dalam mengidentifikasi dan menangkal hoaks adalah hal yang penting dewasa ini. Apalagi di era digital, media sosial harus digunakan dengan bijak agar terhindar dari persoalan.

Bacaan Lainnya

“Diharapkan para siswa nantinya bisa memahami bagaimana mengidentifikasi dan menangkal hoaks,” ujar Sineri didampingi Ketua Jurnalis Pendidikan Sulut Julkifly Madina.

Selanjutnya, Julkifly Madina bertindak sebagai moderator untuk materi Mengidentifikasi dan Menangkal Hoaks yang disampaikan oleh Pemred DetikManado.com Yoseph E Ikanubun.

Hoaks adalah informasi bohong. Ada berbagai jenis hoaks, karena itu penting bagi kita mengidentifikasi sekaligus menangkal hoaks,” papar Ikanubun yang juga Ahli Pers dari Dewan Pers ini.

Dia memaparkan, ada beragam hoaks berupa misinformasi dan disinformasi yang berkembang dan menyebar sehari-hari. Untuk itu, perlu mengenali beragam mis dan disinformasi tersebut.

“Misinformasi adalah informasi yang salah, namun orang yang membagikannya percaya itu benar. Sedangkan disinformasi adalah informasi yang salah dan orang yang membagikannya tahu itu salah. Ini disengaja,” papar Ketua Majelis Etik Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Manado Periode 2018-2021 dan 2021-2024 ini.


Penyampaian materi tentang Mengidentifikasi dan Menangkal Hoaks saat MPLS di SMKN 1 Wori, Kamis (13/7/2023). (Foto: Dokumentasi SMKN 1 Wori).

Ikanubun kemudian memaparkan disertai beragam contoh jenis-jenis misinformasi dan disinformasi yakni satire, konten menyesatkan, konten asli tapi palsu, konten pabrikasi, konten tidak terkait, konten dengan konteks yang salah, serta konten manipulatif.

“Untuk itu, kita perlu mencermati baik-baik konten-konten yang beredar, jangan kita langsung membagikan karena bisa dikategorikan sebagai penyebar hoaks,” ujar Penguji Kompetensi Jurnalis AJI Indonesia ini.

Dalam kesempatan itu, Ikanubun juga memaparkan tentang penyebab munculnya hoaks yang beredar di masyarakat. Dia menyebut, sedikitnya ada 7 alasan beredarnya misinformasi dan disinformasi.

“Penyebabnya adalah jurnalisme yang lemah, buat lucu-lucuan, sengaja membuat provokasi, partisanship, cari duit melalui clickbait – iklan, gerakan politik, dan propaganda,” ujar Ketua AJI Manado Periode 2012-2015 dan 2015-2018 ini.

Setelah memberi penjelasan terkait beragam mis dan disinformasi, para peserta kemudian diberi beberapa tips untuk bagaimana menangkal hoaks yang beredar. Mereka juga diberi pemahaman terkait ancaman hukum bagi penyebar hoaks.

“Ada ancaman hukuman seperti diatur dalam UU ITE, sehingga kita harus berhati-hati dan bijak dalam menerima dan mengelola informasi yang diperoleh,” ujarnya. (Mikael Labaro)

Komentar Facebook

Pos terkait