“Setelah 31 media berkomitmen mengadopsi 11 indikator keterpercayaan terhadap media 6 Juli 2023 yang lalu,diharapkan dengan 3 kali rangkaian pelaksanaan public hearing ini
ke depannya akan dihasilkan banyak lagi
media yang berkompeten dan terpercaya,”tutur Upi.
Akademisi Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Dr ferry D. Liando dalam diskusi menyampaikan, untuk menguji independensi suatu media harus melalui Pemilu.
“Saya berungkali menyampaikan dalam beberapa pertemuan jika ingin melihat media itu independen atau bukan,harus dilihat dari pemilu, disitu akan terlihat apakah mereka memang independen atau memang ada kepentingan,” tutur Ferry
Kemudian dia juga berpendapat,bahwa di masa sekarang ini tantangan berat adalah membangun kepercayaan antara masyarakat dan jurnalis.
“Sebagus apapun berita yang kita tulis belum tentu orang-orang akan percaya.Aspek sosiologis masyarakat akan dipertimbangkan, karena ada 2 hal dalam membangun kepercayaan,siapa yang membangun kepercayaan dan siapa yang diajak percaya,”tambahnya.
Tidak berhenti disitu, Ferry mengungkapkan bahwa kebenaran saat ini didasari kepentingan, di mana polarisasi masyarakat sudah menyatu pada sebuah kepentingan.
“Kini bukan sekedar 5w + 1h terpenuhi,percaya tidak percaya tergantung siapa yang membaca, siapa yang membaca tergantung dari kepentingan dari si pembaca.Contoh Anda menyampaikan kebenaran dari salah satu Capres/Cawapres belum tentu dipercaya,ini tantangan karena tergantung dari kepentingan. Sehebat apapun kita membuat kepercayaan,belum tentu ditanggapi oleh si pembaca karena sudah ada kepentingan,”jelasnya
Ferry juga menggarisbawahi yang harus didalami adalah ujian jurnalis dan Pemilu.
“Pencegahan Informasi Hoaks serta bagaimana melihat serta menyikapi opini yang berangkat dari fakta dan data,”tandasnya.
Selain agenda public hearing trustworthy news indicator di Sulawesi Utara, 2 kegiatan public hearing selanjutnya akan dilaksanakan di Kalimantan pada 20 Desember kemudian selanjutnya di Jawa Tengah Januari/Februari.(ml)