Sementara itu, Kepala BKSDA Sulut, Askhari Dg Masikki menyebut, anoa dataran rendah adalah satwa endemik Sulawesi yang dilindungi oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (MenLHK) RI. Peraturan ini bernomor P.106/Menlhk/Setjen/Kum.1/12/2018
tentang Penetapan Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi, serta termasuk kedalam 25 satwa
prioritas yang dilindungi dan ditingkatkan populasinya.
“Berdasarkan data IUCN Red list diperkirakan populasi anoa di seluruh wilayah Sulawesi tidak lebih dari 2.500 individu,” papar Askhari.
Dia mengatakan, kelahiran anoa di ABC yang kedua di tahun
2023 ini tentu saja menjadi penyemangat bagi pegiat konservasi dalam upaya meningkatkan
populasi anoa secara eksitu.
“Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ditjen KSDAE, BPSILHK
Manado, dan pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam pengelolaan ABC,” pungkas Askhari.
Diketahui, ABC merupakan kerja sama Balai Penerapan Standar Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPSILHK) Manado dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulut. ABC BPSILHK Manado diresmikan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Menteri LHK), Siti Nurbaya Bakar pada tanggal 5 Februari 2015 silam.
Selama kurun waktu delapan tahun sejak diresmikan telah terdapat 5 (lima) kelahiran anoa di ABC BPSILHK Manado dalam kondisi sehat. Bayi anoa pertama lahir pada tanggal 7 Februari 2017 bernama Maesa, bayi anoa kedua lahir pada 8 November 2017 bernama Anara.
Selanjutnya, bayi anoa ketiga lahir pada tanggal 25 Juli 2018 bernama Deandra, bayi anoa keempat lahir pada tanggal 16 Januari 2023 bernama Raden, dan kelahiran bayi anoa kali ini merupakan kelahiran ke-5 di ABC BPSILHK Manado. (Yoseph Ikanubun)