Menurut Erik, hal itu sangatlah ironis dikarenakan mereka sebagai pengusaha kecil yang ada di kota tersebut sangat sulit mendapatkan jenis biji kopi itu. “Selain hal tersebut, banyak juga penjual kopi dari luar Toraja yang membawa kopi masuk di sini, kemudian mengatakan itu kopi asli Toraja dan menjualnya kembali kepada pembeli,” sesalnya.
Dia juga bercerita, banyak penduduk lokal sudah kehilangan gairah untuk bercocok tanam kopi. “Masyarakat di sini dulu banyak memang yang bertani kopi untuk membiayai sekolah anak-anak mereka, namun saat sudah berhasil, keinginan orangtua mereka menanam biji kopi sudah tidak ada lagi,” katanya.
Oleh karena itu dirinya sangat menginginkan para petani untuk kembali seperti dulu lagi, saat kebun kopi begitu banyak terdapat di mana saja di daerahnya. “Saya berharap masyarakat lokal untuk bergairah lagi untuk menanam biji kopi, karena itu bisa menopang perekonomian masyarakat itu sendiri,” pungkasnya.
Untuk diketahui Lava Coffee buka setiap hari mulai dari pukul 07.00 Wita sampai dengan pukul 23.00 Wita. Selain menyediakan produk kopi, di cafe ini juga menyediakan makanan dan gorengan antara lain nasi goreng, mie goreng dan juga pisang coklat keju untuk para pengunjungnya. (***)