“Ini kebetulan ditemukan oleh petugas lapangan, di luar sana kita belum melakukan test, mungkin akan banyak di luar sana. Bagaimana kalau masyarakat di Manado melakukan testing,” ujarnya.
Jennifer Mawikere mengatakan, persoalannya PKBI bukan punya tanggungjawab untuk mengubah mereka agar tidak jadi LSL, tapi persoalannya bagaimana mereka memiliki hak untuk medapat pelayanan kesehatan. Memastikan perilaku mereka tidak beresiko menularkan bagi orang lain, dan bagi diri sendiri.
“Jangan sampai teman-teman ini menjadi penular bagi komunitas, atau sebaliknya komunits itu menulari mereka dengan HIV,” tuturnya.
Terkait kerja-kerja PKBI, dia mengatakan, selama ini ada kelompok atau lembaga yang menilai sebelah mata terhadap apa yang dikerjakan PKBI. Bahkan ada yang menyebut apa yang PKBI kerjakan untuk komunitas pendosa.
“PKBI bukan memastikan mereka mengubah perilaku seksualnya, tapi perilaku yang bertanggungjawab. Supaya masyarakat sehat,” ujarnya.
Menurutnya, jika misalnya pekerjaan itu tidak dilakukan oleh PKBI, siapa yang mau melakukan ini. Mungkin ada yang dilakukan pemerintah, tapi komunitas ini tidak tersentuh.
“Kalau ada itu hanya sebatas selebrasi, selama ini PKBI satu-satunya yang konsern dengan komunitas-komunitas ini,” ujarnya memungkasi.
Turut hadir dalam pertemuan itu, Direktur Eksekutif PKBI Pusat Eko Maryadi, Ketua Pengurus Daerah PKBI Sulut dr Frangky Maramis, serta para staf, relawan PKBI Sulut dan perwakilan populasi kunci. (yos)