Manado, DetikManado.com – Bebagai sendi kehidupan terdampak, termasuk sektor pendidikan, ketika badai pandemi Covid-19 melanda dunia. Para guru punya cerita sendiri menghadapi pandemi ini, bagaimana mereka tetap mengajar para peserta didik. Termasuk mematuhi protokol kesehatan.
Neltje Youke Leleran SPd, seorang guru kelas di SDN 36 Manado menuturkan bagaimana dia berupaya mendidik para siswa saat pandemi melanda. Nona, sapaan akrabnya, sudah belasan tahun mengabdi sebagai pendidik.
“Dihitung dari honor sejak tahun 2004, sudah 17 tahun saya mengabdi. Tahun 2014 diangkat menjadi PNS lewat test honor kategori 2 atau honorer daerah,” ujar Nona yang pendidikan terakhirnya Strata 1 (S1) ini.
Sejumlah pengabdian dan prestasi diraih Nona selama belasan tahun mengabdi sebagai pendidik. Ia pernah mendampingi dan melatih siswa dalam kegiatan Baca Puisi, Bintang Vokalia, Pidato, Pantomim, dalam event Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N).
“Kami mendapat juara pertama di tingkat kecamatan, dan masuk tiga besar tingkat Kota Manado,” ujarnya, baru-baru ini.
Tak hanya tingkat Kota Manado, dia juga pernah membawa para siswanya mengikuti lomba baca puisi tingkat Provinsi Sulut dalam rangka Bulan Bahasa. Mereka berhasil meraih peringkat ketiga.
“Saya juga dipercayakan mengajar di RRI lewat Program Ibu Pertiwi Memanggil, sebagai alternatif pembelajaran saat Covid-19,” ujar wanita enerjik kelahiran Manado 12 Juni 1973 ini.
Beberapa prestasi lainnya adalah mengisi acara baca puisi ciptaan sendiri dengan judul Perjuangan di Tengah Pandemi dalam rangka Hari Guru Nasional disiarkan secara live oleh RRI Manado. Selain itu juga mendampingi siswa dalam kegiatan lomba mata pelajaran IPA dan Matematika tingkat Kota Manado.
“Saya juga pernah mengikuti lomba Guru Berprestasi. Semua ini membutuhkan kesabaran dan pengorbanan serta mendisiplinkan diri secara total,” kata Nona.
Selama bertahun-tahun mengabdi sebagai guru, bagi Nona, hal yang paling berkesan adalah ketika upaya yang diperjuangkan berbuah manis melihat keberhasilan anak didik.
“Hal ini menjadi kebanggaan bagi kami sebagai guru,” ujarnya.
Pandemi yang mulai melanda Indonesia sejak Maret 2020 silam, menjadi tantangan tersendiri bagi kalangan pendidik. Apalagi pemerintah mengeluarkan kebijakan agar pembelajaran dilakukan secara online, dan tidak boleh tatap muka secara langsung.
“Pembelajaran online atau daring ini tidak maksimal dalam mengukur kemampuan siswa menerima pelajaran yang diberikan,” ujarnya.
Hal lainnya adalah kondisi ekonomi dan keuangan para siswa yang berbeda, dan terkait erat dengan fasilitas yang digunakan dalam pembelajaran daring. Misalnya ponsel yang layak, serta jaringan internet dan kuota.
“Ada murid yang tidak memiliki handphone sendiri, harus berbagi dengan orang tua. Belum lagi kendala jaringan dan kuota internet,” paparnya.
Di tengah berbagai kendala yang dialami saat pandemi Covid-19, Nona tetap optimis profesi guru punya peran besar dalam mendidik anak bangsa. Termasuk menyadarkan para siswa akan pentingnya penerapan protokol kesehatan demi mencegah penyebaran Covid-19.
“Tetap berupaya sebisa mungkin agar anak- mampu memahami setiap materi yang diberikan, apalagi ketika pembelajaran tatap muka masih dilarang karena pandemi ini,” ujarnya memungkasi.(joe)