Menjaga Bumi dengan Kata: Hijaukan Narasi, Kokohkan Kesadaran

Herkulaus Mety, S.Fils, M.Pd

Cerita tentang inisiatif warga, inovasi ekologis lokal, atau gerakan lintas iman dalam pelestarian alam dapat memberi harapan dan daya dorong perubahan sosial.

 

*Dari Narasi ke Gerakan*

Menjaga bumi bukan hanya tugas pemerintah atau aktivis lingkungan. Ia adalah tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat, termasuk jurnalis. Dalam konteks Sulawesi Utara yang kaya alam dan budaya, jurnalisme lingkungan dapat menjadi garda depan dalam membentuk kesadaran ekologis publik. Dengan pijakan filosofis yang dalam, etika yang teguh, kesadaran teologis lintas iman, dan keberpihakan pada komunitas lokal, jurnalis dapat mengubah narasi menjadi gerakan. Kata-kata dapat menjadi benih kesadaran yang menumbuhkan kepedulian ekologis lintas generasi.

Di tengah krisis iklim global, tugas ini semakin mendesak. Dan di auditorium itu, pada siang sampai sore yang sejuk, sekelompok jurnalis telah memilih untuk tidak hanya menjadi saksi, tetapi juga penanam harapan.

 

*Daftar Pustaka*

1. Bill McKibben. The End of Nature. New York: Random House, 1989.

2. Bruno Latour. Politics of Nature: How to Bring the Sciences into Democracy. Cambridge: Harvard University Press, 2004.

3. Clifford Geertz. The Interpretation of Cultures. New York: Basic Books, 1973.

4. Hans Jonas. The Imperative of Responsibility: In Search of an Ethics for the Technological Age. Chicago: University of Chicago Press, 1979.

5. Martin Heidegger. Being and Time. Trans. John Macquarrie & Edward Robinson. New York: Harper & Row, 1962 [1927].

6. Paus Fransiskus. Laudato Si’: On Care for Our Common Home. Vatican City: Libreria Editrice Vaticana, 2015.

7. Arne Næss. Ecology, Community and Lifestyle: Outline of an Ecosophy. Cambridge: Cambridge University Press, 1989.

8. Kementerian Agama RI. “Program Prioritas Penguatan Ekoteologi.” Jakarta: Kemenag RI, 2024.


Pos terkait