MANADO, DetikManado.com – Puluhan mahasiswa dan penggiat lingkungan Manado, nonton bareng (nobar), Film Sexy Killers yang diputar di sekretariat AJI Manado, Jumat (12/4/2019) sore hingga malam.
Film ini diproduksi oleh Watchdoc, dan merupakan hasil karya seorang jurnalis, Dandhy Dwi Laksono dan Ucok Suparta ketika ekspedisi menyusuri Nusantara.
Saat pemutaran Film berdurasi 88 menit ini, penonton yang terdiri dari mayoritas anak-anak muda dari komunitas Seasolider North Sulawesi, Sekolah Jurnalistik Lingkungan Manado, KMPA Tansa, BEM Fakultas Ilmu Kelautan Unsrat Manado, dan mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Unsrat Manado, dibuat terperangah dengan munculnya nama-nama orang penting Indonesia lewat film dokumenter itu.
Dalam Film ekpedisi Indonesia Biru ini, menguak jaringan bisnis batubara di tanah air, dimana dalam kubu yang sedang bersaing di Pemilu 2019, meski mereka berseberangan dalam urusan politik, ternyata mereka memiliki keterkaitan dalam menguasai sektor batubara. Sementara banyak warga di Kalimatan Timur kesulitan mendapatkan air bersih.
Ada saham perusahaan tambang batubara bernama Toba Bara yang dimiliki Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman. PT Toba Bara kemudian membeli perusahaan Sandiaga Uno yang mengoperasikan PLTU Paiton di Jawa Timur.
Ikut disebutkan dalam film tersebut, dimana dari tim sukses kubu 01 Joko Widodo juga dilaporkan memiliki jabatan strategis di sejumlah perusahaan pertambangan, termasuk Osman Sapta Oedang, Dewan penasihat Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf yang memiliki kaitan dengan perusahaan PT Total Orbit, serta Haji Isam yang pernah menjadi Wakil Bendahara TKN Jokowi-Maruf, yang juga dikenal sebagai salah satu pengusaha batubara yang sukses dan disegani di Indonesia.
Di kubu 02, Prabowo Subianto tercatat sebagai pemilik Nusantara Energy Resources yang menaungi tujuh anak perusahaan. Sandiaga Uno tercatat sebagai pemilik PT Saratoga Investama Sedaya yang memiliki perusahaan tambang yang pernah merengut korban jiwa dan PT Adaro Energy yang memiliki saham di PLTU Batang.
Ternyata banyak juga politisi dan purnawirawan yang masuk Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi memiliki perusahaan yang bergerak di bisnis pertambangan.
Usai pemutaran Film ini, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi yang menghadirkan tiga orang pemantik, yakni penggiat lingkungan Jull Takaliuang, WALHI Sulut Theo Runtuwene, dan Sekretaris AJI Manado Fernando Lumowa.
Dalam diskusi yang dimoderator oleh siswa Sekolah Jurnalistik Lingkungan Manado, Efraim Bulele ini, selain membahas isu lingkungan yang disajikan dalam Film Sexy Killers, juga membahasa permasalahan lingkungan di Sulut.
“Lihatlah di depan kita hari ini. Di Sulut kita punya kasus tambang milik PT Meares Soputan Mining (PT MSM) di Likupang dan perusahan bijih besi PT Mikro Metal Perdana (MMP) yang sampai hari ini masih eksis,” tutur Jull Takaliuang.
Dulu, lanjut Jull, di era Gubernur Sulut, Sinjo Harry Sarundajang, awalnya menolak ijin tambang, herannya jelang pilkada mengeluarkan sejumlah ijin perusahan tambang.
“Begitulah perkawinan pengusaha (pemodal) dan penguasa (pemerintah). Meski banyak merugikan masyarakat, toh sampai hari ini PT MSM dan PT MMP masih beraktifitas. PT MSM harusnya sejak 2018 sudah selesai. Lalu kita diam, tidak berbuat apa-apa dengan penderitaan masyarakat. Harusnya kita bergerak bersama-sama. Saatnya orang-orang muda tampil dan kami sebagai kaum tua mensupport perjuangan kalian,” ujar Jull yang pernah jadi tahanan rumah gara-gara membela warga akibat kasus tambang.
Film Sexy Killers menceritakan kondisi Indonesia hari ini. “Sehingga upaya kita harus tetap solid. Menggalang kekuatan untuk melawan kezaliman yang dibuat pengusaha dan penguasa,” katanya.