Pesan Rektor IAIN Manado Saat Membuka Kegiatan Penerimaan Anggota Pers Mahasiswa

Rektor IAIN Manado Dr Ahmad Rajafi Sahran MHI didampingi Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan bersama narasumber dan pengurus serta calon anggota LPM Suam. (Foto: Dokumentasi IAIN Manado)

Manado, DetikManado.com – Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Suara Mahasiswa (Suam), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado menggelar kegiatan Open Recruitment dan Trainning Management Journalist (TMJ), Rabu (13/9/2023).

Rangkaian kegiatan yang akan berlangsung selama 4 hari ini dibuka secara langsung oleh Rektor IAIN Manado Dr Ahmad Rajafi Sahran MHI didampingi Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan di gedung terpadu.

Bacaan Lainnya

“Saya berharap melalui kegiatan ini, para mahasiswa dilatih menjadi jurnalis yang menguasai berbagai platform media massa baik cetak, elektronik, termasuk podcast,” ujarnya.

Rektor IAIN mengatakan, ada fasilitas podcast yang disediakan oleh kampus dan bisa dimanfaatkan oleh mahasiswa terutama dikelola oleh anggota LPM Suam. Bahkan kalau bisa, kedepannya akan lahir TV IAIN.

“Untuk itu gunakan kesempatan ini melatih diri, menguasai berbagai teknologi informasi. Ke depan bisa lahir TV IAIN,” ujarnya.

Dalam kegiatan Open Recruitment dan Trainning Management Journalist LPM Suam IAIN Manado ini, yang menjadi fasiltator adalah tim dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Manado.

Setelah acara pembukaan, dilanjutkan dengan materi pertama tentang Sejarah Pers Indonesia yang disampaikan oleh Ketua Majelis Etik AJI Manado Yoseph E Ikanubun.

 

Sejarah Pers Indonesia

Dalam materinya, Ikanubun memaparkan periodesasi perkembanhan pers di Indonesia mulai zaman penjajahan Belanda, Jepang, awal kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru hingga orde Reformasi. Perkembangan media massa, khususnya surat kabar dimulai dengan Koran yang berbahasa Belanda, Bahasa Melayu, Bahasa Jawa, hingga Bahasa Indonesia.


Ketua Majelis Etik AJI Manado Yoseph E Ikanubun memaparkan tentang Sejarah Pers Indonesia. (Foto: Dokumentasi LPM Suam IAIN Manado)

“Abdurachman Surjomihardjo dalam buku Beberapa Segi Perkembangan Sejarah Pers di Indonesia (1980) menyebut surat kabar berbahasa Belanda Bataviasche Nouvelles (1744-1746) sebagai terbitan pertama di Batavia,” ungkap dia.

Selanjutnya pada 1828, terbit Javasche Courant di Batavia. Surat kabar tersebut memuat berita-berita resmi pemerintahan, berita lelang, dan berita kutipan dari hari-harian di Eropa.

Claudine Salmon dalam Literature in Malay by the Chinese of Indonesia (1981), mengatakan Soerat Chabar Betawie (1858) merupakan koran berbahasa Melayu pertama milik orang Tionghoa di Batavia.

“Selain itu juga ada sejumlah terbitan surat kabar yang berbahasa Jawa seperti Bromartani pada tahun 1865 yang terbit di Solo,” ujarnya.

Selanjutnya ada koran berbahasa Melayu yang terbit di luar Jawa seperti Cjahaja Siang (1868) di Minahasa, dan Bintang Timoer (1865) di Padang. Selanjutnya ada Medan Prijaji (1907) yang terbit di Batavia.

“Naamloze Vennootschap (NV) Kantor Berita Antara didirikan pada tanggal 13 Desember 1937, dimana pada saat itu diterbitkan untuk pertama kalinya, Buletin Antara, bertempat di Jalan Raden Saleh Kecil Nomor 2, Jakarta,” ungkap dia.

Dia kemudian memaparkan perkembangan pers di zaman penjajahan Jepang, awal kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru, hingga Orde Reformasi.

“Zaman Orde Lama dan Orde Baru, pembungkaman kemerdekaan pers dilakukan oleh penguasa. 7 Agustus 1994 lahirlah AJI sebagai bentuk perlawanan terhadap rezim Soeharto, sekaligus memperjuangkan kemerdekaan pers,” ujarnya.

Selanjutnya pada era reformasi Surat Izin Penerbitan Pers (SIUPP) dihapuskan, sehingga penerbitan pers mulai melonjak drastis. Pemerintah juga mengesahkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.

“UU ini kemudian menjadi tonggak kebebasan pers pada era reformasi,” ujarnya.

Usai penyampaian materi, dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab dengan para peserta serta pembina LPM Suam IAIN Manado. (ml)


Pos terkait