Remboken, DetikManado.com – Puluhan siswa Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 44 Minahasa mengasah kemampuan mereka dalam bidang jurnalistik melalui pelatihan yang digelar pada, Jumat (14/11/2025), di aula sekolah tersebut. Selain belajar teori, mereka juga melakukan simulasi menulis berita.
Pelatihan yang digelar di aula SRMA 44 Minahasa yang terletak di Desa Tampusu, Kecamatan Remboken, Kabupaten Minahasa, Sulut ini, disambut antusias para siswa.
Dipandu oleh Ketua Jurnalis Pendidikan Sulut (JPS) Julkifli Madina selaku moderator, materi Pengantar Pers dan Jurnalistik dipaparkan oleh Pemimpin Redaksi DetikManado.com, Yoseph E Ikanubun SPd. Pada bagian awal, dia memaparkan pentingnya para siswa menguasi bidang jurnalistik, baik secara teori maupun praktek.
“Materi ini bertujuan agar para siswa mempunyai pengetahuan dasar tentang pers dan jurnalistik, memiliki keterampilan di bidang jurnalistik seperti reportase, wawancara, menulis, mengedit, dan menyiarkan berita,” papar Yoseph E Ikanubun yang juga merupakan penguji kompetensi jurnalis tingkat nasional ini.
Tujuan lainnya adalah untuk mempersiapkan para siswa mengikuti Festival Lomba Seni dan Sastra Siswa Nasional (FLS3N), di mana salah satu cabang lomba adalah jurnalistik. Hal lainnya yang diharapkan adalah para siswa bisa menulis berita terkait kegiatan di sekolah atau lingkungan tempat tinggal.
“Menguasai bidang jurnalistik, tidak harus menjadi wartawan. Saat ini berbagai pekerjaan baik di instansi pemerintah, manpun swasta juga membutuhkan tenaga yang menguasai bidang jurnalistik. Mereka akan ditempatkan di bidang humas, atau penerangan,” tutur Ikanubun yang juga merupakan Ahli Pers dari Dewan Pers ini.
Setelah memberikan pengantar, dia kemudian masuk pada pembahasan terkait sejarah perkembangan pers dan jurnalistik di dunia, dan juga di Indonesia. Selain itu juga mengulas terkait sejarah pers di Sulut.
“Perkembangan surat kabar atau koran di era modern ditandai dengan penemuan mesin cetak di Jerman pada tahun 1450 oleh Johannes Gutenberg,” ujarnya.
Sedangkan di Indonesia, yang kala itu masih bernama Hindia Belanda, surat kabar berbahasa Belanda Bataviasche Nouvelles (1744-1746) sebagai terbitan pertama di Batavia. Selanjutnya terbit surat kabar berbahasa Jawa dan Bahasa Melayu seperti Bromartani (1865) di Solo.
“Termasuk Tjahaja Siang yang terbit di Minahasa pada tahun 1868,” tuturnya.
Usai mengulas tentang sejarah singkat perkembangan pers, dia kemudian memaparkan tentang fungsi pers. Fungsinya adalah sebagai informasi, edukasi, hiburan dan kontrol sosial.
“Jika dalam tatanan sebuah Negara demokrasi ada tiga lembaga yakni eksekutif, legislatif, dan yudikatif, maka pers adalah lembaga keempat yang melakukan fungsi kontrol,” tuturnya.
Pembahasan selanjutnya mengenai pengertian jurnalistik, kerja-kerja jurnalistik, serta jenis-jenis media. Materi yang disampaikan secara interaktif dengan melemparkan pertanyaan kepada para siswa membuat suasana pelatihan menjadi lebih hidup.

Setelah memaparkan materi tersebut, para siswa kemudian diminta untuk membuat tulisan terkait dengan jalannya kegiatan pelatihan tersebut. Tulisan tersebut bisa berupa berita singkat, ataupun laporan kegiatan.
“Menulis saja semampu adik-adik, apakah itu bentuk berita singkat, laporan kegiatan, atau lainnya, nanti akan kita perbaiki bersama,” ujarnya.
Dia mengatakan, memang materi terkait tekhnik penulisan berita belum disampaikan, sehingga simulasi menulis itu dimaksudkan untuk mengukur kemampuan awal para siswa dalam menangkap materi dan menuliskan kembali.
“Terkait apa itu berita, jenis, nilai, unsur dan struktur berita, serta bagaimana menulis berita yang baik itu akan dibahas dalam materi selanjutnya,” tutur Ikanubun.
Sesi simulasi menulis ini disambut antusias peserta. Seluruh siswa dengan tekun menulis terkait dengan materi dan jalannya pelatihan jurnalistik tersebut.
Kegiatan pelatihan ini juga dihadiri guru-guru SRMA 44 Minahasa yang ikut mendampingi para siswa mereka.
Kepala SRMA 44 Minahasa, Dr Jefta Makikui MPd mengatakan, pelatihan jurnalistik bagi siswa bertujuan untuk mengembangkan keterampilan menulis yang efektif, meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam memilah dan memverifikasi informasi. Selain itu untuk menanamkan etika dan objektivitas dalam penyampaian berita.
“Kegiatan ini berfungsi sebagai sarana pembelajaran praktis yang aktif, penguat literasi media agar siswa cerdas mengonsumsi informasi, dan pendukung vitalitas media internal sekolah,” tuturnya. (yos)













