Gubernur sendiri melalu Asisten II, menyampaikan permohonan tidak bertemu dengan peserta aksi, karena saat Gubernur Olly Dodonkambey, sedang berada di luar kota, sedangkan Wakil Gubernur juga sedang melaksanakan tugas ke Belanda, untuk memperjuangkan harga kopra.
“Kami sudah mendengar semua aspirasi, semua keluhan-keluhan, dan juga penderitaan rakyat, kami juga merasakan bahwa disamping saya sebagai PNS, saya juga sebagai petani kelapa, sekolah saya dibiayai dengan kelapa, bagaimana saya juga merasakan turunya harga kopra, saya tau sudah sejak lama harga kopra ini turun dan terus turun, namun pemerintah Sulut tidak tinggal diam, Pemerintah sementara berjuang agar harga kopra bisa naik kembali,” jelas Mokoginta
Lebih lanjut, pria asal Totabuan ini menyampaikan, beberapa kebijakan yang telah diambil untuk menaikan kembali harga kopra, yakni mengdatangkan negara-negara penghasil kopra untuk rapat koordinasi di Sulawesi Utara. Selanjutnya untuk menaikan harga kelapa, pemerintah membuka gelar export kelapa biji keluar negeri, dimana kebijakan ini adalah untuk menaikan harga kopra. Pemerintah juga menyediakan anggaran untuk para petani kelapa di Sulawesi Utara untuk memberikan mesin-mesin minyak kelapa, Insyah Allah, itu akan terjadi ditahun 2019. Wakil Gubernur sedang memperjuangkan harga naik kopra dengan melakukan intelejen market di Belanda. Itulah kebijakan-kebijaka yang telah ditempuh Pemerintah Sulut, dan bapak gubernur mendorong pertamina untuk membeli miyak kelapa karna ada satu kompenen solar yg menggunakan minyak kelapa” jelasnya.
Perku diketahui dalam aksi KOPRA ini berjalan denga baik dan tertib, usai melakukan aksi, peserta membubarkan diri setelah adanya diskusi dan kesepakata yang di tanda tangani oleh Pemerintah Provinsi Sulaesi Utara. (hs/red)