Tondano, DetikManado.com – Keuskupan Manado menyikapi penyebaran covid-19 dengan mengeluarkan surat edaran nomor 108/U/SE/III/2020.
“Hari-hari ini, hidup kita baik sebagai warga negara pun sebagai warga gereja cukup banyak dipengaruhi dengan kecemasan, bahkan kepanikan tertentu, karena informasi tentang masuknya virus corona di Indonesia,” kata Uskup Manado Mgr Benedictus ER Untu MSC, Senin (16/03/2020) di Manado, Sulut.
Uskup mengatakan, sudah cukup banyak yang berusaha memberikan informasi yang benar tentang virus corona, disertai kiat-kiat untuk menghadapi penularan virus corona. “Sambil menyimak perkembangan penyebaran virus corona ini, dan mendengarkan masukan-masukan banyak pihak, disampaikan beberapa imbauan,” imbuhnya.
Untu mengatakan, perhatikan dan patuhi protokol yang dikeluarkan pemerintah pusat dan daerah, berkaitan dengan penanganan dan pencegahan virus corona dan terus menerus mengikuti informasi tentang perkembangan keadaan, baik nasional maupun lokal. “Kita tetap menjaga kenyamanan pergaulan sosial dengan mengedepankan sopan santun dalam pergaulan, jangan karena kecemasan yang berlebihan, pergaulan sosial kita terganggu, tentu saja dengan tetap waspada dan berhati-hati,” ucapnya.
Tindakan pencegahan, tutur Untu, jangan dikesankan berlebihan. Tidak perlu belanja berlebihan yang dapat dikategorikan sebagai perbuatan penimbunan barang, tidak perlu menggunakan masker secara berlebihan atau prinsipnya masker diperuntukkan bagi orang sakit. “Kita menjaga kesehatan diri kita sendiri, khususnya dengan kerajinan mencuci tangan dan menyiapkan secukupnya hand sanitizer. Dan juga kita menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal kita,” katanya.
Terkait ibadah, Untu juga memberikan imbauan kepada umat. “Kita menjaga kerohanian kita, supaya tetap baik, rajin mengikuti kegiatan-kegiatan iman di semua tingkatan kelompok teritorial dan kategorial. Tetapi apabila anda merasa kurang sehat, khususnya dengan kondisi yang gampang dicurigai sedang terkena virus corona, sebaiknya tetap tinggal di rumah saja sambil melaksanakan doa pribadi,” tuturnya.
Penggunaan air suci tetap disediakan pada tempatnya pada wadah yang bersih dan secara teratur diganti dan dibersihkan oleh petugas gereja. “Siapa saja yang merasa tidak nyaman menggunakannya, silahkan tidak menggunakannya,” kata Uskup Untu.
Selain itu, tentang salam damai, untuk menjaga suasana hati yang berbeda-beda dari orang-orang yang ada di sekitar kita sepanjang kegiatan ibadat berlangsung, baiklah salam damai dinyatakan bukan dengan berjabatan tangan, tetapi cukup dengan menundukkan kepala dengan tangan terkatup. “Penghormatan salib pada ibadah Jumat Agung secara individual bisa tetap dilakukan, tetapi tidak sambil mencium salib, melainkan hanya dengan menundukkan kepala dengan tangan terkatup atau dengan cara lain yang dibicarakan dan disepakati di lingkungan paroki,” ungkap Untu.
Untu menegaskan, kebijakan-kebijakan lain di tingkat paroki dan kelompok basis lainnya, sejauh mungkin tidak menimbulkan skandal iman di tengah umat, harap dikomunikasikan dengan jelas kepada semua pihak yang berkepentingan. “Mari kita tetap bersatu dalam doa untuk keselamatan seluruh umat manusia dari ancaman virus corona,” tutupnya. (rf)