Pendeta Larunsedu mengatakan, suasana perjamuan kudus menghayati Tuhan Yesus pada Jumat Agung, 10 April 2020, sangat berbeda dan mengharukan karena tidak dihadiri oleh jemaat. Untuk perjamuan kudus kali ini dilakukan terlebih dahulu di gereja yang dihadiri Badan Pelaksanan Harian Jemaat (BPHJ) Germita, berjumlah 9 orang.
“Kemudian dilanjutkan pelayanan di rumah-rumah jemaat. Berkoordinasi dengan sesama majelis jemaat, tetap mendampingi ibadah yang dilakukan di rumah-rumah. Dan bila ada yang membutuhkan pelayanan mendadak seperti sakit dan kedukaan, tetap dikunjungi di rumah,” ujarnya.
Ada suka, ada pula duka yang dirasakan Pendeta Larunsedu dalam melayani umat Germita di tengah pandemi Covid-19. Baginya sebagai pendeta, tak hentinya mengimbau jemaat untuk mematuhi aturan pemerintah. “Ada yang patuh, tapi juga ada yang acuh,” tuturnya.
Sementara itu, kegiatan peribadatan yang belum bisa dilakukan di gereja.
“Dan paling sulit menjelaskan untuk tidak berjabat tangan sementara waktu. Apalagi untuk para lansia, tetapi lama kelamaan semua akan terbiasa,” imbuh Pendeta Larunsedu.
Ia mengakui, pastinya iman dan logika tertantang di tengah pandemi Covid-19.
“Dengan terus berpengharapan dalam iman, semua akan secepatnya membaik. Kita doakan,” tutupnya. (rf)