Ketergantungan Alkohol pada Remaja Tingkatkan Risiko Depresi di Kemudian Hari

Ilustrasi meminum minuman beralkohol. (Foto: pexels.com)

Manado, DetikManado.com – Minum minuman alkohol berlebihan diketahui menyebabkan beberapa masalah kesehatan yang serius di kalangan remaja.

Seperti dikutip DetikManado.com dari Medical Dailly, sebuah studi baru menemukan bahwa ketergantungan alkohol pada masa remaja meningkatkan kemungkinan berkembangnya depresi pada orang dewasa muda.

Bacaan Lainnya

Gangguan penggunaan alkohol membuat orang bergantung pada alkohol, dan mereka merasa sulit untuk berhenti minum atau membatasi jumlah asupannya.

Mereka juga mengalami penurunan minat dalam aktivitas sosial dan pekerjaan serta menunjukkan gejala penarikan diri. Bahkan ketika kebiasaan itu mulai memengaruhi kesehatan, kehidupan, dan pekerjaan, individu yang bergantung pada alkohol merasa sulit untuk berhenti minum.

Studi terbaru oleh tim peneliti dari University College London dan University of Bristol menunjukkan remaja yang menunjukkan tanda-tanda ketergantungan alkohol lebih mungkin mengalami depresi pada usia pertengahan 20-an.

“Dengan menggunakan kumpulan data longitudinal yang besar, kami telah menemukan bukti bahwa pola minum yang bermasalah pada masa remaja akhir dapat meningkatkan risiko berkembangnya depresi bertahun-tahun kemudian,” kata rekan penulis utama Dr Gemma Lewis.

“Pola minum yang bermasalah bisa menjadi tanda peringatan masalah kesehatan mental di masa depan, sehingga membantu kaum muda untuk menghindari penggunaan alkohol yang bermasalah dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi kesehatan mental mereka,” sambung dia.

Studi tersebut meneliti hubungan antara tanda-tanda minum yang bermasalah, atau ketergantungan alkohol pada usia 18 tahun, dan depresi enam tahun kemudian.

Para peneliti menemukan bahwa orang yang kecanduan alkohol dari usia 17 hingga 22 tahun lebih mungkin mengalami depresi pada usia 24 tahun daripada rekan mereka yang tidak bergantung.

Studi tersebut juga menunjukkan bahwa remaja peminum berat yang tidak menunjukkan tanda-tanda ketergantungan tidak menunjukkan peningkatan risiko depresi.

Peserta diukur pada skala ketergantungan alkohol, di mana peningkatan skor dari nol menjadi satu mewakili peningkatan 28% dalam kemungkinan tidak dapat berhenti minum.

Mereka yang mendapat skor nol ketergantungan alkohol pada usia 18 tahun menunjukkan kemungkinan 11% mengalami depresi, sedangkan mereka yang mendapat skor satu memiliki kemungkinan 15%.

“Sementara kami menemukan bahwa konsumsi alkohol saja tampaknya tidak meningkatkan kemungkinan depresi, minuman keras dapat menjadi awal dari ketergantungan dan dapat memiliki dampak kesehatan fisik yang berbahaya dalam jangka panjang juga,” ujar rekan penulis utama Gemma Hammerton.

Oleh karena itu, frekuensi dan kuantitas konsumsi alkohol yang tinggi, tetap penting sebagai target yang harus dicegah atau dikurangi selama masa remaja. (Yoseph Ikanubun)


Pos terkait