DetikManado.com – Bataha Santiago, seorang raja dari Kepulauan Sangihe, Sulut, ditetapkan sebagai pahlawan nasional bersama 5 tokoh lainnya oleh Presiden Joko Widodo pada, Jumat 10 Nopember 2023. Veronika Horohiung, generasi ke-10 garis keturunan Bataha Santiago, mengisahkan sosok pahlawan tersebut.
Sebuah rumah sederhana berada di lorong kecil yang menurun, sekitar 300 meter dari Jalan 14 Februari Manado. Rumah ini berada di Lingkungan IV, Kelurahan Teling Bawah, Kecamatan Wanea, Kota Manado, Sulut.
Hujan masih mengguyur Kota Manado dan sekitarnya pada, Sabtu (11/11/2023), sore itu. Di teras rumah itu, tampak duduk dua orang wanita bersama seorang pria. Wanita itu adalah Veronika Horohiung, dan kakaknya Stin Horohiung, keduanya sedang bincang-bincang dengan Dandin 1309/Manado Kolonel Inf Himawan Teddy Laksono SIKom MTr (Han).
“Ini wawancara saya yang pertama, sebelumnya tidak pernah diwawancarai. Tapi ini demi sosok Bataha Santiago,” ujar Veronika Horohiung.
Veronika memaparkan, dia dan kakaknya Stin merupakan generasi ke-10 dari garis keturunan Bataha Santiago. Ayah mereka adalah Aldus Horohiung yang merupakan generasi ke-9.
“Saya di generasi ke-10. Kami punya marga Horohiung, itu merupakan nama pada generasi ke-6. Seluruh warga Sangihe sebenarnya punya keterikatan kekerabatan dengan Santiago,” ujar Veronika.
Dia mengatakan, dulunya Horohiung itu merupakan nama, dan kemudian dijadikan marga supaya identitas seseorang dapat dikenali. Hal itulah yang kemudian membuat keluarga mereka mempertahankan identitas keturunan dengan menggunakan nama belakang agar dapat dikenali.
“Dari dasar itulah kenapa kami masih masuk dari keturunan Santiago. Dan sebenarnya untuk silsilah yang lain juga ada dari kakak beradik dari Santiago,” ujarnya.
Veronika mengatakan, alasan mereka ditetapkan sebagai ahli waris adalah karena data tentang Bataha Santiago, sejarah, dan naskahnya ditulis oleh ayahnya Aldus Horohiung.
“Sekitar tahun 1990-an saat sang ayah menyelesaikan studi S1 dengan menulis skipsi tentang Bataha Santiago,” ujarnya sambil menunjukan sebuah skripsi yang ditulis ayahnya tentang Bataha Santiago.
Pada tahun 2015, Aldus Horohiung menjadi narasumber untuk pengusulan pahlawan nasional karena kebetulan dia juga memiliki buku silsilah Suku Sangihe. Di dalamnya ada Bataha Santiaho dan Horohiung. Untuk melengkapi risetnya, Aldus bahkan pergi ke Filipina untuk mencari data-data penunjang.
“Diangkat dalam seminar. Dicari alhi waris, bapak kemudian ditetapkan sebagai ahli waris karena ada silsilahnya,” tuturnya.
Veronika menceritakan bahwa nama Bataha berasal dari Suku Sangihe, sedangkan Santiago adalah nama baptis karena umumnya agama Katolik memiliki hal tersebut yang artinya Santo Yakobus.