Oleh: Arianto Kadir
Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) Ke-29 Provinsi SULUT di Kota Cakalang bukanlah sekedar lomba literasi untuk mencari qori-qoriah dan hafid hafidzah terbaik, akan tetapi MTQ ke-29 adalah suatu upaya konkrit umat Islam dan Walikota Bitung untuk menggali nilai-nilai luhur yang terkandung didalam Al qur’an supaya dijadikan sebagai pedoman hidup ditengah keragaman social.
Dengan pagelaran MTQ Provinsi ke-29 di Kota Bitung diharapkan masyarakat islam kota Bitung mampu memantapkan pemahaman dan pengamalan nilai-nilai Al Qur’an. Sehingga menjadi salah satu upaya penumbuhan semangat bagi generasi millennial islam agar semakin cinta pada Al Qur’an. Dengan menghidupkan budaya literasi, melalui semangat untuk mau membaca, menghafal, mengkaji dan menganalisa secara metodologis, mempelajari, dan mengamalkan ajaran Qur’an dalam kehidupan nyata, sehingga akan berimplikasi bagi terwujudnya masyarakat inklusif.
Masyarakat inklusif sebuah bentuk masyarakat yang mampu menerima berbagai bentuk keberagaman dan keberbedaan dalam lokus social, sehingga akan menjadi akomodasi baru dalam berbagai tatanan maupun infrastruktur social.
Pentingnya sifat inklusif menjadi karakter social masyarakat Kota Bitung karena ini merupakan sebuah konsep dan pendekatan untuk membangun dan mengembangkan sebuah lingkungan yang terbuka, mengajak dan mengikutsertakan semua elemen masyarakat dengan berbagai perbedaan latar belakang, karakteristik, kemampuan, status, kondisi, etnik, budaya dan lainnya.
Ketika inklusi social menjadi sebuah kesadaran struktur social makro, akan menjadi upaya menempatkan martabat dan kemandirian individu sebagai modal utama untuk mencapai kualitas hidup yang ideal.