Talaud, DetikManado.com – Mengabdikan diri sebagai tenaga guru di daerah kepulauan yang berbatasan dengan Negara tetangga Filipina, menjadi tantangan bagi perempuan bernama lengkap Jein Irene Taruh.
10 tahun sudah, alumnus Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Manado (Unima) ini mendidik dan mengajar anak-anak di SMP Negeri 4 Lirung, Kecamatan Kalongan, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara.
“Saya mengajar di sekolah ini sesuai dengan Surat Keputusan penempatan sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah mulai Maret 2009,” ungkap Jein, lulusan Jurusan Pendidikan Matematika, FMIPA, Unima tahun 2008 ini.
Jein menuturkan, memang dia lahir dan besar di dataran Dumoga, Kabupaten Bolmong, Sulawesi Utara. Namun darah sebagai putrii daerah Talaud yang mengalir dari sang ayah membawanya untuk datang mengabdi di daerah leluhurnya. “Suka dukanya memang terasa di awal bekerja. Transportasi dan biaya hidup sehari-hari yang mahal. Belum lagi di sekolah jumlah siswa yang sedikit untuk pemenuhan kebutuhan rombongan belajar dalam mencapai target 24 jam pelajaran,” tuturnya.
Wanita kelahiran Mogoyunggung, Kabupaten Bolmong 02 Januari 1982 ini juga mengisahkan bagaimana harus menempuh laut yang bergelombang jika ingin mengurus keperluan ke ibukota kabupaten. “Kalau ke ibukota kabupaten harus menyeberangi lautan yang sewaktu-waktu cuacanya berubah-ubah,” ujarnya.
Cuaca ekstrim merupakan suatu kendala besar baginya yang memang tidak terbiasa dengan kondisi daerah kepulauan. Apalagi jika harus kembali ke ibukota Provinsi Sulut, menelan waktu 12 jam perjalanan dengan menggunakan kapal laut dan menerjang badai. “Namun seiring berlalu waktu, semuanya itu sudah terbiasa,” ujar Jeta, sapaan akrabnya.
Mengabdikan diri di daerah terpencil, yang berbatasan dengan Filipina, dengan berbgai kendala yang dialami ternyata tidak menyurutan tekad Jein untuk memberikan yang terbaik bagi pendidikan anak-anak kepulauan. Lalu apa yang membuatnya bisa terus bertahan di sana? “Bahagia mengajar anak-anak yang polos dan lugu, yang baru sedikit tersentuh modernisasi dan gaya hidup masa kini. Saya akbrab dengan mereka, tidak ada jarak yang memisahkan, layaknya orang tua dan anak. Punya masalah dibicarakan bersama sehingga dapat mencari solusi bersama. Dan itulah kami berada di sini,” paparnya.
Lingkungan kerja yang nyaman, jauh dari kebisingan dan polusi juga membuat dia semakin mencintai daerah pengabdiannya. Jein mengaku sampai saat ini masih ingin bertahan di Talaud. Apalagi anggota keluarga berada bersamanya. Suaminya mengabdikan diri sebagai tenaga pendidik, sementara anak-anaknya juga bersekolah di Talaud. “Saya bahagia di sini dengan mereka yang sudah saya anggap keluarga sendiri. Saya merasa nyaman, bukan hanya di sekolah, tapi juga dalam hidup bermasyarakat. Penduduk yang ramah yang mau menerima bahkan suka berbagi dengan kami,” tutur Jein yang juga Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Matematika Rayon II Kabuaten Kepulauan Talaud ini.
Sehari-hari, dengan kondisi sarana prasarana yang belum memadai, Jein tetap bersemangat mengajar sesuai keahliannya yakni Matematika. Di sekolahnya, alat pembelajaran, juga buku pelajaran masih belum memadai. Meski sudah ada lab IPA, namun belum lengkap peralatan di dalamnya. “Sekolah kami belum memiliki lab komputer. Dengan kondisi ini, kami berharap ada perhatian dari pemerintah untuk kami di daerah kepulauan,” pungkas Jein yang kesehariannya juga sebagai Pengurus Ranting Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kecamatan Kalongan, Kabupaten Kepulauan Talaud ini. (joe)