Penyebab Mengapa Makanan Bersantan tak Boleh Dihangatkan Kembali

young beautiful girl is having lunch in the student lounge

Jakarta, DetikManado.com – Makanan bersantan menjadi salah satu pilihan favorit dari berbagai daerah di Indonesia. Beragam kuliner nusantara menggunakan bahan santan.

Dikutip dari Antara, pakar nutrisi menyebut bahwa makanan bersantan tak boleh dihangatkan kembali karena sejumlah penyebab yang berakibat kurang baik pada kesehatan. Seperti yang diungkapkan Widya Fadilla MKM.

“Makanan bersantan itu mengandung lemak tinggi, nah prinsip lemak kalau dia semakin mencapai titik didih, semakin lama dia diproses, makin dia menimbulkan rasa nikmat dan gurih,” kata Widya, Kamis (30/3/2023).

Namun demikian, dia mengatakan, tidak disarankan untuk menghangatkan kembali makanan bersantan. Meski mengandung lemak tinggi, makanan olahan santan tetap memiliki nutrisi baik seperti vitamin, mineral, dan zat besi.

Namun apabila dihangatkan kembali bahkan secara berulang akan merusak nutrisi-nutrisi baik dan akan menambah jumlah kandungan lemak jahat di dalamnya.

“Bila ini dilakukan dan dikonsumsi secara berkala, akan menimbulkan sejumlah masalah kesehatan, pada pencernaan salah satunya,” ujarnya.

Ha ini yang yang bisa mengakibatkan sakit perut, perut kembung, gerd, dan lain sebagainya.

Sejumlah makanan yang tidak bisa dihangatkan kembali adalah beberapa jenis sayur, seperti bayam dan jenis sayuran hijau lainnya. Sayuran hijau yang dihangatkan kembali sangat rentan untuk kehilangan nutrisi.

Tidak sedikit masyarakat Indonesia yang memasak makanan olahan bersantan dengan porsi besar, dengan tujuan untuk menyantapnya kembali beberapa waktu ke depan.

Meski tetap tidak dianjurkan, setidaknya nutrisi yang hilang dan jumlah lemak jahat yang bertambah dapat diminimalisir.Untuk menghangatkan kembali olahan bersantan dengan menggunakan microwave.

Sebelum menghangatkan kembali, ia juga menganjurkan untuk menyimpan makanan pada wadah tertutup minim udara.

“Ketika kita memanaskan dengan kompor, itu kadang tidak merata panasnya, kalau microwave panasnya biasanya stabil dan lebih baik juga pada proses pembunuhan bakteri,” imbuhnya. (Yoseph Ikanubun)


Pos terkait