Adapun untuk pedesaan, indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan Maret 2019 lebih rendah dibandingkan dengan Septermber 2018. Hal ini berarti rata-rata pengeluaran penduduk miskin pedesaan semakin mendekati garis kemiskinan serta juga ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin semakin rendah.
Hartono juga mengungkapkan faktor-faktor kecenderungan yang berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan selama periode September 2018 hingga Maret 2019. Yang pertama terjadi inflasi atau atau peningkatan harga-harga secara umum sebesar 2,54 persen, dimana kelompok bahan makanan mengalami inflasi paling tinggi, yaitu mencapai 6,99 persen.
Faktor kedua, rata-rata pengeluaran per kapita per bulan penduduk pada kelompok 40 persen menengah dan 20 persen teratas mengalami penurunan dibanding September 2018, yaitu secara berurutan sebesar 1,03 persen dan 0,80 persen. Secara total, rata-rata pengeluaran per kapita per bulan penduduk mengalami penurunan 0,25 persen.
Ketiga, pada periode Agustus 2018 – Februari 2019, persentase pekerja rentan mengalami peningkatan sebesar 2,20 persen poin. Pekerja Rentan adalah pekerja yang mempunyai status berusaha sendiri, pekerja bebas (pertanian dan nonpertanian), dan pekerja keluarga/pekerja tidak dibayar. Pekerja ini rentan terhadap gejolak ekonomi dengan kondisi kerja di bawah standar, risiko tinggi, berpenghasilan rendah dengan tingkat kesejahteraan di bawah rata-rata.
Keempat, khusus untuk perkotaan, berdasarkan hasil Susenas Maret 2019, rata-rata pengeluaran perkapita perbulan pada semua kelompok lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan Garis Kemiskinan Perkotaan, ini menyebabkan kemiskinan di perkotaan naik.
Yag terakhir, sebagai bahan perbandingan, rata-rata pengeluaran perkapita perbulan pada kelompok desil bawah di pedesaan lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan Garis Kemiskinan pedesaan. Hal tersebut menyebabkan kemiskinan di daerah pedesaan menurun.(dem)