Manado, DetikManado.com – Puluhan siswa SMAN 9 Manado, pada Jumat (8/9/2023), mengikuti Workshop Jurnalistik Siswa yang digelar oleh Jurnalis Pendidikan Sulut (JPS). Selain mempelajari teori jurnalistik, para siswa juga berlatih ketrampilan wawancara dan menulis berita pendek.
Kegiatan Workshop Jurnalistik Siswa yang digelar di Ruang Multimedia ini dibuka oleh Kepala SMAN 9 Manado Drs Meidy Tungkagi MSi. Dalam sambutannya, Meidy Tungkagi mengatakan, pengetahuan dan ketrampilan dasar terkait jurnalistik dan menangkal hoaks penting untuk dimiliki oleh para siswa.
“Ini untuk meningkatkan kemampuan menulis, menganalisa informasi, serta bisa membedakan informasi yang benar dan tidak benar,” tuturnya.
Materi pertama terkait Pengantar Pers dan Jurnalistik disampaikan oleh Ketua JPS Julkifly Madina. Dia menjelaskan tentang sejarah perkembangan pers sejak zaman Mesir kuno, Romawi, hingga zaman modern.
“Pers modern muncul setelah ditemukan mesin cetak oleh Johanes Gutenberg tahun 1450. Pria yang tinggal di tepi Sungai Rhein Kota Mainz Jerman, merintis pembuatan mesin cetak,” papar Julkifli Madina yang juga pemred Infosulut.id ini.
Dia juga membahas tentang pengertian pers sebagaimana diatur dalam Pasal 1 UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Pada prinsipnya, seorang jurnalis melakukan kegiatan jurnalistik yang menyangkut 6M yakni meliputi mencari, memperoleh, memiliki,menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi.
“Fungsi pers adalah memberikan informasi, mengedukasi, hiburan, dan kontrol sosial,” ujarnya.
Julkifli Madina mengungkapkan, surat kabar pertama yang terbit secara teratur di Eropa di mulai di Jerman tahun 1609 bernama Aviso di Wolfenbuttel dan Relation di Strasbourg. Kemudian pada 1650 terbit surat kabar harian pertama, Einkommende Zeitung di Leipzig Jerman.
“Kalau di Indonesia atau yang zaman Belanda disebut Hindia Belanda, surat kabar pertama berbahasa Belanda yang terbit adalah Bataviasche Nouvelles di tahun 1744-1746. Ini adalah terbitan pertama di Batavia,” papar dia.
Setelah memaparkan terkait sejarah pers, dia kemudian mengulas tentang pengertian asal usul kata wartawan, jurnalis, dan reporter. Juga bagaimana wartawan menjalankan tugasnya.
“Wartawan adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik, ini diatur dalam pasal 1, ayat 4 UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers,” papar dia.
Tekait dengan kerja-kerja jurnalistik, dia mengatakan, para prinsipnya wartawan mengerjakan apa yang disebut sebagai 6M. Dalam menjalankan tugasnya, wartawan berpedoman pada UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik.
“Wartawan, jurnalis, atau reporter pada prinsipnya melakukan 6 M yakni mencari, memperoleh, memiliki,menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi melalui media massa,” ujarnya.
Selanjutnya materi kedua dipaparkan oleh Pemred DetikManado.com Yoseph E Ikanubun terkait dengan Mengidentifikasi dan Menangkal Hoaks.
“Hoaks adalah informasi bohong. Ada berbagai jenis hoaks, karena itu penting bagi kita mengidentifikasi sekaligus menangkal hoaks,” papar Yoseph E Ikanubun yang juga Ahli Pers dari Dewan Pers ini.
Dia menambahkan, ada beragam hoaks berupa misinformasi dan disinformasi yang berkembang dan menyebar sehari-hari. Untuk itu, perlu mengenali beragam mis dan disinformasi tersebut.
“Misinformasi adalah informasi yang salah, namun orang yang membagikannya percaya itu benar. Sedangkan disinformasi adalah informasi yang salah dan orang yang membagikannya tahu itu salah. Ini disengaja,” papar Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Manado Periode 2012-2015 dan 2015-2018 ini.
Dia kemudian memaparkan disertai beragam contoh jenis-jenis misinformasi dan disinformasi yakni satire, konten menyesatkan, konten asli tapi palsu, konten pabrikasi, konten tidak terkait, konten dengan konteks yang salah, serta konten manipulatif.
“Untuk itu, kita perlu mencermati baik-baik konten-konten yang beredar, jangan kita langsung membagikan karena bisa dikategorikan sebagai penyebar hoaks,” ujar Ketua Majelis Etik AJI Manado Periode 2018-2021 dan 2021-2024 ini.
Dalam kesempatan itu, Yoseph E Ikanubun juga memaparkan tentang penyebab munculnya hoaks yang beredar di masyarakat. Dia menyebut, sedikitnya ada 7 alasan beredarnya misinformasi dan disinformasi.
“Penyebabnya adalah jurnalisme yang lemah, buat lucu-lucuan, sengaja membuat provokasi, partisanship, cari duit melalui clickbait – iklan, gerakan politik, dan propaganda,” ujar Penguji Kompetensi Jurnalis dari AJI Indonesia ini.
Setelah memberi penjelasan terkait beragam mis dan disinformasi, para peserta kemudian diberi beberapa tips untuk bagaimana menangkal hoaks yang beredar. Mereka juga diberi pemahaman terkait ancaman hukum bagi penyebar hoaks.