“Sekolah lain mencontoh dari 19 SMK PK ini. Dana bisa dari industri atau dari Kemendikbudristek melalui Dana Alokasi Khusus atau DAK,” ujar Wardani Sugianto didampingi Kepala Dinas Pendidikan Daerah (Dikda) Provinsi Sulut Dr dr Grace L Punuh MKes bersama Kabid Pembinaan SMK Dinas Dikda Provinsi Sulut Vecky Pangkerego MPd, dan Kepala SMKN 1 Manado Drs Jenner Rumerung MSi.
Dia mengatakan, SMK yang lain tinggal mencontoh dari SMK PK yang sudah ada dengan dana yang akan di-grand-kan melalui DAK.
“Kita harapkan dengan prioritas dengan dana kecil, tapi membawa kemajuan,” ujarnya.
Dia memaparkan, SMK harus mampu mengembangkan pembelajaran berbasis project melalui Teaching Factory atau Tefa. Pembelajaran teaching factory adalah metode pembelajaran berpusat produksi atau jasa.
“Ini menyelaraskan pengajaran dan pelatihan (praktek) yang berdasar pada prosedur dan standar yang telah ditetapkan di dunia industri, serta disesuaikan dengan situasi sekarang ini,” ujarnya.
Wardani Sugianto mengatakan, untuk mendidik anak berbasis dunia kerja, maka anak itu harus belajar dengan dunia kerjanya. Untuk perhotelan misalnya, ya mulai belajar housekeeping, front office, melayani tamu, kebersihan, laundry dan lainnya.
“Di sini saya lihat belum punya kamar yang banyak. Di SMK lain sudah ada 20 kamar, hotelnya di pinggir jalan, tamunya banyak, sudah bisa menghidupi sekolah,” ujarnya.
Dia mengatakan, pendidikan itu akan berbiaya standar tinggi tapi dipenuhi melalui teaching factory. Sehingga pemerintah pusat atau daerah tak perlu beri bantuan tiap tahun, bantu alat tidak ada hentinya, tidak juga tercukupi, dan tidak sesuai dengan kebutuhan industri.
“Kalau dikelola sendiri oleh sekolah bekerjasama dengan industry ini kan makin baik. SMK PK pembelajaran berbasis project, ada Tefa, ada hasilnya, ini membangun kemandirian,” ujarnya.
Dia mengatakan, dengan demikian kalau 1 sekolah sudah mandiri, akan dicontoh sekolah lain. Biaya sekolah rendah, karena ditopang oleh Tefa. (Yoseph Ikanubun)