Manado, DetikManado.com – Kemendikbudristek terus melakukan evaluasi terhadap keberadaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pusat Keunggulan. Evaluasi itu juga dilakukan terhadap 19 SMK PK di Sulut.
“Kami melakukan evaluasi terkait keberadaan SMK PK di seluruh Indonesia. Ini menjadi catatan penting,” ungkap Direktur SMK, Direktorat Pendidikan Vokasi, Kemendikbudristek RI, Dr Wardani Sugianto MPd saat bertemu dengan para Kepala SMK di Sulut, Kamis (5/1/2023).
Wardani Sugianto mengungkapkan, salah satu aspek yang diukur adalah sejauh mana aktifitas SMK PK itu membanjiri Paltform Merdeka Mengajar (PPM).
“19 SMK PK di Sulut seharusnya membanjiri di PMM dengan berbagai video pembelajaran, modul, dan lainnya. Namun dari evaluasi, 19 SMK PK masih rendah aktifitasnya di PMM,” ujarnya.
Dia mengatakan, seharusnya para kepala sekolah juga memantau sejauh mana guru menggunakan PPM tersebut, sehingga tidak terjebak dalam administrasi, mengetik, menulis, dan kembali ke jalan yang sama.
“Hal ini harus diperhatikan, karena menjadi bahan evaluasi dari Kemendikbudristek,” ujarnya.
Sebelum bertemu dengan para Kepala SMK di Sulut, dia juga mengunjungi SMKN 1 Manado. kepada wartawan dia mengatakan, pihak Kemendikbudristek tidak akan memperbanyak jumlah SMK PK.
“Kita tidak akan memperbanyak jumlah SMK PK. Setiap provinsi hanya 10 persen,” ujar Wardani Sugianto.

Direktur SMK, Direktorat Pendidikan Vokasi, Kemendikbudristek RI, Dr Wardani Sugianto MPd saat memberi arahan untuk para Kepala SMK dise Sulut, Kamis (5/1/2023), di Hotel Gran Puri Manado. (Foto: Yoseph Ikanubun/DetikManado.com)
Diketahui, jumlah SMK di Sulut saat ini sebanyak 190 sekolah. Sedangkan jumlah SMK PK ada 19 sekolah. Jika dilihat perbandingannya, SMK PK di Sulut sudah mencapai 10% dari jumlah total SMK di Sulut.
“Sekolah lain mencontoh dari 19 SMK PK ini. Dana bisa dari industri atau dari Kemendikbudristek melalui Dana Alokasi Khusus atau DAK,” ujar Wardani Sugianto didampingi Kepala Dinas Pendidikan Daerah (Dikda) Provinsi Sulut Dr dr Grace L Punuh MKes bersama Kabid Pembinaan SMK Dinas Dikda Provinsi Sulut Vecky Pangkerego MPd, dan Kepala SMKN 1 Manado Drs Jenner Rumerung MSi.
Dia mengatakan, SMK yang lain tinggal mencontoh dari SMK PK yang sudah ada dengan dana yang akan di-grand-kan melalui DAK.
“Kita harapkan dengan prioritas dengan dana kecil, tapi membawa kemajuan,” ujarnya.
Dia memaparkan, SMK harus mampu mengembangkan pembelajaran berbasis project melalui Teaching Factory atau Tefa. Pembelajaran teaching factory adalah metode pembelajaran berpusat produksi atau jasa.
“Ini menyelaraskan pengajaran dan pelatihan (praktek) yang berdasar pada prosedur dan standar yang telah ditetapkan di dunia industri, serta disesuaikan dengan situasi sekarang ini,” ujarnya.
Wardani Sugianto mengatakan, untuk mendidik anak berbasis dunia kerja, maka anak itu harus belajar dengan dunia kerjanya. Untuk perhotelan misalnya, ya mulai belajar housekeeping, front office, melayani tamu, kebersihan, laundry dan lainnya.
“Di sini saya lihat belum punya kamar yang banyak. Di SMK lain sudah ada 20 kamar, hotelnya di pinggir jalan, tamunya banyak, sudah bisa menghidupi sekolah,” ujarnya.
Dia mengatakan, pendidikan itu akan berbiaya standar tinggi tapi dipenuhi melalui teaching factory. Sehingga pemerintah pusat atau daerah tak perlu beri bantuan tiap tahun, bantu alat tidak ada hentinya, tidak juga tercukupi, dan tidak sesuai dengan kebutuhan industri.
“Kalau dikelola sendiri oleh sekolah bekerjasama dengan industry ini kan makin baik. SMK PK pembelajaran berbasis project, ada Tefa, ada hasilnya, ini membangun kemandirian,” ujarnya.
Dia mengatakan, dengan demikian kalau 1 sekolah sudah mandiri, akan dicontoh sekolah lain. Biaya sekolah rendah, karena ditopang oleh Tefa. (Yoseph Ikanubun)