Hayati Sengsara Yesus, Umat Katolik Paroki Tataaran Minahasa Rayakan Jumat Agung

Umat Gereja Katolik Santo Antonius dari Padua Tataaran melakukan prosesi jalan salib yang dimulai dari Stasi Santo Ignatius Perum Unima. (Foto: DetikManado.com/Richard Fangohoi)

Tondano, DetikManado.com – Ratusan umat Gereja Katolik Paroki Santo Antonius dari Padua Tataaran merayakan Ibadah Jumat Agung sebagai penghayatan sengsara dan kematian Yesus pada Jumat (7/4/2023).

Ibadah tersebut dipimpin selebran utama Romo Dismas Salettia Pr, sedangkan konselebran Romo Marsianus CSE serta hadir sejumlah frater dan suster.

Bacaan Lainnya

Dalam homili yang disampaikan Romo Marsianus, ia mengatakan bahwa dibalik penderitaan Yesus, sejatinya ada prinsip dan makna yang penting untuk dipahami dan diteladani.

Yesus melalui penderitaannya, kata dia, mengajarkan kepada manusia bagaimana menghadapi penderitaan dan kematiannya.

“Penderitaan Tuhan Yesus menjadi contoh dan tuntunan bagi kita dalam menghadapi kesulitan dan persoalan hidup. Tuhan Yesus ingin kita sebagai pengikutnya belajar dan mengambil makna terdalam dari semua peristiwa yang dideritanya dan mencontoh bagaimana respon dan timbal balik Yesus atas segala peristiwa yang dialami,” ujar Romo Marsianus.

Dia menyebut bahwa teladan Yesus tidak dapat disandingkan dengan ukuran teladan dunia karena Yesus mengajarkan suatu kaidah yang bertolak belakang dengan dunia.

“Oleh karena itu, Yesus mengajarkan kepada manusia untuk tidak berhenti sebatas kepada pemahaman akal budi saja,” kata Romo Marsianus.

Untuk itu, dia pun menjelaskan sembilan prinsip atau makna yang dapat diteladani oleh manusia dalam kehidupan sehari melalui kronologis peristiwa sengsara dan kematian Yesus.

Sembilan teladan tersebut di antaranya pengkhianatan Yudas, Yesus berdoa di Taman Getsemani, Yesus dihadapkan dengan Mahkamah Agama, Petrus menyangkal Yesus, penyerahan Yesus kepada Pilatus, Yesus diolok-olok, penyaliban Yesus, dan kematian Yesus.

Dia berharap, umat dapat meneladani kasih kepada Yesus sesama sebagai fondasi kehidupan hidup, yang terus terhubung melalui doa dan firman, perubahan pola pikir dan akal budi dan penguasaan diri.

Kemudian kekuatan bertahan dalam penderitaan dan pengampunan tanpa syarat, kerendahan hati, melepaskan egoisme dan kepentingan diri serta rela berkorban hidup.

“Penuh rasa syukur percaya sepenuhnya kepada Tuhan Yesus dan mengandalkan-Nya dalam segala perkara,” tutup Romo Marsianus.

Pantauan DetikManado.com, sebelumnya umat berkumpul di Gereja Stasi Santo Ignatius Perum Unima untuk melakukan prosesi awal perarakan jalan salib.

Setelah itu, umat berjalan menuju sepanjang Wilayah Rohani (WR) Paroki Tataraan hingga ke Gereja Paroki Tataaran. (Richard Fangohoi)

Komentar Facebook

Pos terkait