Jakarta, DetikManado.com – Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan ini diprediksi masih akan melemah setelah hanya sebesar -0,6% dengan penurunan di sektor teknologi sebesar -2,9% disusul sektor keuangan sebesar -1,6%. Sementara itu, penopang terkuat pasar pekan lalu adalah sektor transportasi dan logistik sebesar +3,7%.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas, Rifqi Satria Dinandra mengatakan pelemahan IHSG pada pekan lalu terpengaruh sentimen penurunan atau koreksi harga komoditas. Dia menyebut kecuali crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa yang komoditasnya mengalami penurunan harga.
“Selain itu, pada pekan lalu juga muncul kekhawatiran akan kembalinya agresivitas The Fed yang memicu penurunan harga logam. The Fed dikhawatirkan agresif akibat data tenaga kerja yang cukup solid dan inflasi yang sempat lebih tinggi dari konsensus,” ujar Rifqi dalam keterangannya, di Jakarta, Senin (27/2/2023).
Selain itu, kata Rifqi, sentimen lain yang membuat laju IHSG tersendat pada pekan lalu yakni notulen Komite Pasar Terbuka Federal atau The Federal Open Market Committee (FOMC). Mayoritas pejabat The Fed setuju untuk menurunkan tingkat kenaikan suku bunga menjadi 25 basis poin (bps) atau lebih kecil dari biasanya.
“Sayangnya, masih butuh cukup bukti untuk meyakini bahwa penurunan tren inflasi saat ini akan berkelanjutan. Kenaikan suku bunga lanjutan diperkirakan masih akan dibutuhkan untuk menekan inflasi,” terang Rifqi.
Tekait potensi penurunan IHSG, Rifqi berharap investor dan trader memerhatikan 2 sentimen pada pekan ini yakni PMI Manufaktur dan inflasi Februari yang bakal memengaruhi pergerakan IHSG.
Dia menjelaskan, PMI Manufaktur pada Januari mengalami ekspansi lebih cepat ke level 51,3 sebelumnya 50,3. Permintaan domestik menjadi penopang ekspansi manufaktur Januari lalu, yang dalam 17 bulan terakhir menunjukan ekspansi. PMI Manufaktur terbaru akan diumumkan pada 1 Maret 2023.
Sementara itu terkait inflasi Februari, ia menjelaskan inflasi Januari lalu tercatat naik 0,66% mom disebabkan oleh kelompok makanan minuman, sedang secara YoY sebesar 5,28% lebih rendah dari sebelumnya. Inflasi ini terjaga pada kisaran 3%-an dengan konsensus inflasi umum 5,50% YoY, yang akan diumumkan juga pada 1 Maret 2023 mendatang.
“Kita harus menyikapinya dengan hati-hati. Kalau inflasinya lebih tinggi dari konsensus bisa jadi sentimen negatif,” jelas Rifqi. (Richard Fangohoi)
Indo Premier pun merekomendasikan buy untuk trading pada sejumlah saham terkait potensi penurunan IHSG dengan kenaikan saham-saham hingga 3 Maret 2023 sebagai berikut:
1. TLKM (Support: 3.940, Resistance: 4.200)
2. PTBA (Support:3.590, Resistance: 3.850)
3. AKRA (Support: 1.370, Resistance: 1.450)
4. LSIP (Support: 1.090, Resistance: 1.140)
5. AGII (Support: 2.160, Resistance: 2.290)
6. BSDE (Support: 925, Resistance: 965)
7. ASII (Support: 5.675, Resistance: 5.950)