Ini Proses Pembuatan Hand Sanitizer di FMIPA Unsrat

Pembuatan hand sanitizer di di FMIPA Unsrat Manado.

Manado, DetikManado.com – Salah satu produk yang dibutuhkan warga dalam upaya pencegahan penyebaran Virus Corona Covid-19 adalah hand sanitizer. Hanya saja bahan ini cukup langka di pasaran.

Menjawab kondisi ini, Jurusan Fisika dan Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unsrat Manado berkolaborasi memproduksinya. “Jadi sebenarnya kami bagi tugas. Jurusan Fisika memproduksi etanol dari bahan dasar cap tikus. Kemudian etanol ini digunakan sebagai salah satu bahan pembuat hand sanitizer, dikerjakan oleh Jurusan Kimia,” ungkap Ketua Jurusan Fisika FMIPA Unsrat Manado Dr Hanny Sangian saat ditemui di Laboratorium Fisika, Selasa (24/03/2020).

Bacaan Lainnya

Sangian mengungkapkan, cap tikus yang merupakan bahan dasar pembuatan etanol diproduksi sekitar 100 ribu liter per hari di Sulut. Sebagian besar produk cap tikus ini dikonsumsi sebagai minuman keras. “Kami ubah sebagian dari produk cap tikus itu menjadi hand sanitizer dan antiseptic,” tandasnya.

Cap tikus yang dibutuhkan sebagai bahan dasar pembuatan etanol ini adalah dengan konsentrasi alkohol di atas 40 persen.

Cap tikus yang dibutuhkan sebagai bahan dasar pembuatan etanol ini adalah dengan konsentrasi alkohol di atas 40 persen. Sedangkan perbandingan hasil produksi dengan bahan baku adalah untuk setiap 3 liter cap tikus, bisa mendapatkan 1 liter hand sanitizer

Dia mengatakan, cara pembuatan etanol dengan bahan dasar cap tikus ini sederhana. Dengan membuat sebuah perangkat penyulingan, cap tikus dimasukan ke dalam broiler dan dipanaskan sampai titik didih 90 derajat Celsius. Dalam proses pemanasan itu, akan naik uap etanol dan sebagian air ke atas, dan masuk dalam kolom refraksi. Di dalam kolom refraksi itu akan terjadi penyulingan hingga berkali-kali.   “Sehingga yang keluar adalah etanol dengan kadar 85 hingga 96 persen. Uap yang tersisa akan kembali masuk kondensor, pendinginan dan mengalami frasa cair,” ujarnya.

Sangian mengatakan, merujuk pada komposisi hand sanitizer yang ditetapkan World Health Organization (WHO), etanol itu komposisinya minimal 80 persen. “Dengan menggunakan perangkat ini kami dapatkan etanol 85 hingga 90 persen,” tandasnya.

Setelah mendapatkan etanol sebagai salah satu bahan baku pembuatan hand sanitizer, langkah berikutnya dikerjakan oleh Jurusan Kimia.

Ketua Jurusan Kimi Dr Dewa G Katja mengatakan, metode serta prosedur kerja hingga produk yang dihasilkan sudah memenuhi standar BPPOM. “Untuk membuat hand sanitizer ini sederhana, dengan menggunakan bahan baku yakni etanol, gliserol, peroksida serta aquades,” ungkapnya.

Langkah yang dilakukan adalah menyediakan wadah dengan volume 1 liter. Kemudian masukan 833 ml etanol, kemudian 41,7 peroksida, dan 14,7 gliserol. Bahan ini kemudian ditambahkan dengan aquades hingga mencapai volume 1 liter. “Diaduk hingga merata, tercampur homogen. Didiamkan selama 72 jam diinkubasi. Sehingga senyawa-senyawa kimia bisa bekerja dan bereaksi secara maksimal. Untuk memberikan efek aromatik bisa ditambahkan pewangi,” ungkapnya.

Dewa mengungkapkan, penggunaan aquades adalah untuk menurunkan kadar etanol jika terlalu tinggi yag bisa berefek pada penggunanya. “Sedangkan peroksida berperan membunuh virus, ini berkolaborasi dengan etanol sebagai antiseptik pembunuh bakteri,” ungkap Dewa.

Hand sanitizer yang diproduksi itu kemudian dikemas dalam kemasan 330 ml. Menurutnya, untuk sementara produksi hand sanitizer masih digunakan di kalangan internal kampus Unsrat Manado. “Setiap hari kita produksi 10 liter hand sanitizer. Untuk bulan depan sudah bisa 100 liter,” ujarnya.

Untuk proses produksi ini, selain melibatkan para peneliti dari kedua jurusan itu juga melibatkan kalangan mahasiswa. (joe)

Komentar Facebook

Pos terkait