“Dari hasil simulasi wawancara dan menulis berita, terlihat bahwa para siswa punya kemampuan di bidang jurnalistik,” ujar Hari.
Salah satu peserta pelatihan Jhosua Kampohrang mengaku senang bisa belajar jurnalistik dan mengidentifikasi hoaks.
“Kami senang punya kesempatan mengikuti pelatihan hari ini, dan sangat bermanfaat bagi kami,” ujar siswa kelas XI ini.
Kepala SMA Negeri 1 Wori Adri Mandey SPd saat penutupan kegiatan mengatakan, pelatihan itu sangat bermanfaat bagi siswa.
Apalagi para siswa tidak hanya diberi teori terkait jurnalistik, melainkan juga punya kesempatan untuk melakukan praktek wawancara serta menulis berita.
“Kami baru kali ini melaksanakan pelatihan seperti ini di sekolah dan antusias siswa sangat tinggi, meski kami hanya memilih perwakilan kelas saja,” ujar Mandei.
Dia mengatakan, ilmu serta pengalaman yang didapat oleh para siswa yang mengikuti pelatihan nantinya dibagikan kepada siswa yang lain.
Dengan demikian semakin banyak siswa yang mengenal dunia jurnalistik, serta memahami bagaimana mengenal dan menangkan hoaks.
“Dengan demikian para siswa bisa mengambil sikap ketika menerima sebuah informasi, apakah itu benar atau hoaks. Terpenting adalah tidak ikut menyebarkan informasi hoaks karena akan terkait persoalan hukum,” ujar Mandey.
Dalam pelatihan itu terpilih 6 siswa sebagai peserta terbaik, dan mendapat hadiah buku terkait isu lingkungan karya para jurnalis di Sulut. (joe)