“Perayaan Jumat Agung di tahun 2020 ini memiliki konteks situasi yang berbeda dibandingkan tahun lalu, sekarang ini secara global kita sementara berada di dalam konteks Covid-19 ini menjadi ancaman yang besar bagi dunia ini,” ujarnya.
Dirinya juga percaya bahwa dalam perayaan perjamuan kudus makan roti dan minum anggur di Jumat Agung ini, warga gereja dimampukan dalam kesetiaan iman. Mampu untuk hidup dalam suatu suasana, ada keyakinan yang utuh bahwa Yesus yang mati di kayu salib telah membawa penebusan dan pengampun untuk manusia.
“Saya juga mengajak warga gereja untuk melaksanakan physical distancing secara konsisten karena itu merupakan upaya diakonal dan refleksi iman kita,” tutur Tandjaja.
Ditambahkannya, dengan dirangkaikan dengan perjamuan kudus ini, dirinya berharap dapat memutus mata rantai penyebaran Covid-19 ini. “Harapan kita semua di waktu yang akan datang boleh bersama dirumah gereja dalam satu meja perjamuan kudus, duduk bersama saling mengampuni, melayani dan mengasihi satu dengan yang lain,” tutup Tandjaja. (ml)