Gunakan klaim palsu sebagai contoh pengajaran untuk membantu pembaca Anda mengenali taktik atau strategi yang digunakan untuk manipulasi. Bisa jadi contoh dari sebuah isu yang kurang politis dengan pembaca Anda bisa sama efektifnya dengan alat pengajaran.
- Jelaskan bagaimana Anda mengetahui apa yang Anda ketahui
Upaya ini dapat membangun kepercayaan. Menjelaskan apa yang belum Anda ketahui membantu memperingatkan pembaca bahwa faktanya mungkin berubah seiring berkembangnya berbagai hal.
Fokus pada konsensus: ingatkan apa yang disepakati bersama dan mengapa→ contoh isu perubahan iklim atau pandemi COVID-19.
- Sederhana (KISS – Keept It Short and Simple)
Bagikan versi ide yang paling sederhana sehingga lebih mudah diingat dan dikenali setelahnya.
Infografis, terutama yang dibangun di atas ide yang sudah dibagikan secara luas, adalah cara yang bagus untuk melakukan prebunk.
Lima sanggahan yang masing-masing berisi ide lebih baik daripada satu sanggahan yang berisi lima ide tetapi membingungkan.
- Jadikan konten dapat dibagikan
Mereka yang menyebarkan informasi salah (mungkin) karena mencari jawaban dan mereka membagikan yang mereka dapatkan.
Agar prebunk melangkah lebih jauh, rancang agar mudah dibagikan. Pertimbangkan sasaran penyebaran Anda karena mayoritas warganet menggunakannya guna mengakses informasi. Pertimbangkan juga agar konten serupa bisa masuk ke grup WA.
- Temukan pembaca Anda dan bagikan di sana
Prebunk bisa berhasil jika diintegrasikan dalam ruang dan platform daring di mana warganet (follower Anda) banyak menghabiskan waktunya. Maksimalkan tools untuk memantau perbincangan di ruang digital.
Laju penyebaran hoaks di ruang-ruang digital sering kali jauh lebih cepat dari upaya pengecekan fakta. Maka metode prebunking hadir menawarkan solusi.
Jika debunking adalah tindakan reaktif cepat atau pengecekan fakta dan pengungkapan hasil cek fakta terhadap mis/disinformasi yang menyebar, maka prebunking adalah tindakan proaktif.
Prebunking adalah melakukan pencegahan/antisipasi sebelum mis/disinformasi menyebar. Ini juga merupakan upaya melambatkan misinformasi. Seperti dipembahasan sebelumnya terkait teori inokulasi.
Tindakan prebunking ini perlu dilakukan untuk membangun resistensi pre-emptive terhadap informasi yang salah. Orang jadi punya “benteng” dan “senjata” ketika menemukan mis/disinformasi.
Prebunking juga menginformasikan soal misinformasi, atau bagaimana misinformasi diproduksi dan disebarkan akan membantu mengenali dan menolaknya di masa depan. Caranya, dengan menerapkan metafora inokulasi. Sederhanyanya, prebunking itu ibarat menyuntikkan vaksin, membangun kekebalan terhadap paparan mis/disinformasi.
Dalam prebunking, ada upaya inokulasi psikologis. Hal ini untuk mengingatkan orang-orang bahwa mereka mungkin disesatkan oleh informasi yang salah, untuk mengaktifkan ‘sistem kekebalan’ psikologis.
Hal berikutnya adalah mencegah orang terjebak pada taktik yang dilakukan dalam penyebaran mis/disinformasi, diikuti dengan memaparkan counter/sanggahan yang kuat → untuk menghasilkan antibodi kognitif.
Setelah orang mendapatkan ‘kekebalan’, mereka dapat menyebarkannya kepada orang lain melalui interaksi offline dan online.
Apa saja yang bisa di-prebunking? Setidaknya ada 7 pilar konten prebunking yakni cari tahu informasi apa yang dibutuhkan orang, pilih contoh dengan hati-hati, kemas dengan menekankan pada fakta, peringatkan audiens bagaimana misinformasi menyebar, kemudian penjelasan mengapa suatu informasi itu tidak benar, dan jelaskan bagaimana cara mendapatkan fakta dan apa yang belum diketahui.
Hal yang tak kalah pentingnya adalah bagaimana mendistribusikannya, serta buatlah hasil prebunk “berdaya bagi” alias “shareable”.
Publikasi dan distribusi konten prebunking akan menjadi tantangan tersendiri. Bagaimana strategi publikasi dan distribusi yang paling efektif bisa menjangkau lebih banyak audiens?
Survei AMSI-UMN Mei-Juli 2022: ibu rumah tangga lebih banyak terekspos konten cek fakta dibanding dengan profesi dan kelompok responden lainnya.
Responden: 1.596 responden dari seluruh Indonesia dan 26 peserta focus group discussion (FGD) untuk mempertajam hasil survei.
Survei Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) bersama Universitas Multimedia Nusantara (UMN) pada 2022 ini bisa menjadi masukan penting terkait publikasi dan distribusi artikel terkait cek fakta.
Dari survei AMSI juga bisa dipertimbangkan publikasi/ distribusi konten prebunking dengan memaksimalkan pemanfaatan platform media sosial sesuai mayoritas audiens. (Mikael Labaro)