Tondano, DetikManado.com – Pasien terkonfirmasi positif virus corona (Covid-19) di Sulut bertambah menjadi 17 orang. Hal itu diungkapkan Sekretaris Tim Satgas Covid-19 Sulut dr Steaven Dandel, Minggu (12/04/2020) malam di Manado, Sulut, saat menggelar konferensi pers.
Seorang mahasiswi Universitas Negeri Manado (Unima) di Tondano, Viorena Br Perangin-angin menanggapi penanganan Covid-19 di Sulut, salah satunya yang ialah beroperasinya Bandara Sam Ratulangi Manado.
“Penutupan bandara sebenarnya perlu dilakukan. Karena data (pasien positif) Covid-19 di Sulut, sebagian besar adalah pelaku perjalanan, lainnya bukan pelaku perjalanan, tetapi melakukan kontak langsung dengan si pelaku perjalanan,” ujar Vio sapaan akrabnya lewat pesan singkat kepada DetikManado.com, Senin (13/04/2020) di Tondano, Minahasa, Sulut.
Namun lanjut Vio, jika penutupan bandara tidak bisa dilakukan untuk saat ini, setidaknya Pemprov Sulut melakukan upaya yang keras dalam penyediaan tempat karantina bagi pelaku perjalanan, yang baru datang dari luar daerah, maupun luar negeri.
“Mungkin dengan begitu, pelaku perjalanan tidak melakukan kontak secara langsung dengan keluarganya atau dengan siapa pun mereka temui,” kata mahasiswa jurusan Pendidikan dan Sastra Indonesia FBS Unima ini.
Di sisi lain, Vio menyoroti Pemprov Sulut yang masih kurang dalam penanganan Covid-19, yakni tempat karantina. Pelaku perjalanan tidak melakukan tes, kemudian melakukan karantina secara mandiri di rumah.
“Banyak masyarakat yang mengartikan karantina bisa di rumah dengan keluarga. Hanya dia (pelaku perjalanan) yang tidak bisa keluar rumah saja. Jadi (pelaku perjalanan) tetap melakukan kontak dengan keluarga mereka, tanpa merasa sedikitpun bersalah,” ungkapnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, sejak 18 Maret lalu, total pelaku perjalanan ke Sulut berjumlah 23.770 orang, per Sabtu (11/04/2020). Selanjutnya, saat ini terdapat 7 rumah singgah yang tersebar di Kota Manado, Kabupaten Minahasa Utara, Kota Bitung dan Kabupaten Minahasa dengan kapasitas 760 tempat tidur.
Vio menilai, bila masih kekurangan rumah singgah, maka pelaku perjalanan harus sadar untuk melakukan karantina mandiri.
“Kan kita tidak tahu di mana ada virus (Covid-19), kita sudah terjangkit atau belum,” imbuhnya. (rf)