Webinar Pendidikan Sejarah Unima Bahas Pandemi dan Kearifan Lokal

Tondano, DetikManado.com – Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Manado (Unima) memperkenalkan seminar online (webinar) sebagai media perkuliahan mahasiswa di tengah pandemi Covid-19 di Sulut, Rabu (29/04/2020).


Mengusung tema Pandemi dan Kearifan Lokal Masyarakat, seminar online yang digelar melalui aplikasi Zoom Meeting itu menghadirkan pembicara Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah Unima, Dr Aldegonda E Pelealu MHum dan Staf Pengajar Jurusan Pendidikan Sejarah Unima, Eka Yuliana Rahman MPd.

Bacaan Lainnya

Menurut Aldegonda, salah satu wujud kearifan lokal yang masih relevan di masyarakat Minahasa yaitu tradisi Mapalus. sebagai upaya bahu membahu dan saling bekerja sama dengan melibatkan banyak lapisan masyarakat.

“Hal ini dipandang efektif memutus mata rantai penyebaran Virus Corona (Covid-19) di tengah masyarakat Sulut. Terutama melalui peran tokoh masyarakat, agama, budaya dan pemerintah untuk mengerahkan warga pentingnya budaya Mapalus ditingkatkan hingga ke pelosok desa, kampung di Sulut,” ujar Aldegonda dalam rilis yang diterima DetikManado.com, Jumat (01/05/2020).

Sementara itu, Eka membahas pendekatan kearifan lokal dengan melihat perilaku masyarakat lokal dan urban dalam menghadapi Covid-19. Ia mengatakan, keberagaman dalam segala aspek geo politik, sosial-budaya, ekonomi dan lain-lain dengan menggunakan kajian-kajian sejarah, kebudayaan, sastra dan humaniora merupakan pintu masuk yang paling tepat untuk memahami dan menghayati keberagaman itu dengan baik dan benar.

“Dari kajian ini, kita dimungkinkan untuk mendapatkan pemahaman mengenai proses dan hasil, gerak dinamika. Upaya merancang bangsa tanpa melupakan akar-sukma hanya bisa dibangun di atas pemahaman historis, sosiologis dan kultural yang tepat. Kearifan lokal yaitu gagasan, nilai, pandangan setempat (lokal) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya tidak bisa dipisahkan dari bahasa masyarakat itu sendiri,” kata Eka.

Komentar Facebook

Pos terkait