Tondano, DetikManado.com – Dalam rangka merefleksikan momentum Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tanggal 2 Mei 2020, Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Manado (Unima) mengadakan diskusi online via Zoom Meeting, Senin (04/05/2020).
Melalui Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), diskusi online itu mengangkat tema Peran Pendidikan Sejarah Untuk Memperkuat Pendidikan di Indonesia dan menghadirkan salah satu dosen Pendidikan Sejarah FIS Unima, Dr Meike Imbar MPd sebagai narasumber.
Dalam pengantar, Imbar mengatakan bahwa dalam Undang-Undang (UU) Pendidikan Nasional tahun 2003 memiliki sejumlah tujuan, salah satunya untuk membentuk karakter peserta didik berdasarkan indikator atau ukuran yang beragam.
“Bagaimana pendidikan sejarah bisa masuk dalam indikator-indikator tersebut,” katanya.
Sebenarnya kata Imbar, terdapat aspek-aspek dalam pendidikan sejarah karena sejarah sendiri memperhatikan tiga hal yaitu manusia, waktu dan ruang atau tempat. Untuk waktu, terdapat tri dimensi waktu, di antaranya masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang. “Pendidikan sejarah memberikan sumbangsih bagi pendidikan di Indonesia seperti pembentukan karakter,” imbuh Imbar.
Sementara itu, terkait pendidikan Nasional, ia mengutip salah satu buku berjudul Pendidikan Nasional Strategi dan Tragedi. Buku karya Prof Dr Winarno Surakhmad MSc Ed itu ingin mengetahui arah pendidikan nasional.
“Apakah kita (pendidik) cukup dengan peserta didik, bisa baca, hitung dan sebagainya? Tetapi di satu sisi, ia (peserta didik) kurang dalam hal-hal tertentu, misalnya membangun kepribadian. Pendidikan berkaitan dengan membangun kepribadian peserta didik, bagaimana bisa mandiri,” papar Imbar.
Imbar mengatakan, satu contoh pendidikan sejarah melihat kemandirian sebagai pembentukan karakter dari tokoh-tokoh perjuangan seperti The Founding Fathers. “Sekalipun mereka dikucilkan dan dibuang pada masa penjajahan, seperti Ir Sukarno, Moh Hatta, Sam Ratulangi dan masih banyak lagi. Mereka berada pada masa-masa pembuangan, tetapi bisa menghasilkan produk-produk tulisan yang berisi pemikiran mereka kepada bangsa ini dan generasi sekarang,” jelasnya.
Imbar mengatakan, ketika pendidikan sejarah mengangkat kemandirian tokoh-tokoh perjuangan itu, pembelajaran sejarah akan membentuk karakter yang mandiri peserta didik, seperti kejujuran untuk membangun pendidikan Indonesia.
Imbar menilai, pembelajaran sejarah seakan kering tanpa makna.
“Dalam arti, kering itu peserta didik hanya mempelajari peristiwa demi peristiwa, lalu kehilangan makna dan peserta didik tidak mampu membangun makna,” katanya.
Namun, ia mengatakan, pendidikan sejarah dapat menjadi jembatan untuk masuk dalam pendidikan nasional. “Bagaimana pendidikan sejarah bisa membentuk karakter, yaitu nasionalisme yang mencintai tanah air, membangun kemandirian, kejujuran dan sebagainya,” pungkasnya.
Diskusi itu diakhiri dengan tanya jawab melalui via Zoom Meeting dan grup WhatsApp. Para peserta diskusi online terdiri dari dosen dan mahasiswa. (rf)