MANADO, DM – Aksi sosial penggalangan dukungan dana bagi korban bencana di Palu dan Donggala, Aliansi Mahasiswa se Manado, berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp. 48.705.000.
Dana yang terkumpul selama dua hari pelaksanaan aksi, yakni hari pertama, Senin (01/10/2018), terkumpul Rp. 27.739.000. dan hari kedua, Rabu (03/10/2018) kemarin, Rp. 20.966.000.
“Aliansi Mahasiswa se Manado telah membuat kesepahaman dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Sulawesi Utara, untuk penyaluran dana donasi yang terkumpul dari hasil aksi peduli bencana Sulteng” jelas koordinator aksi, Muhmmad Anzhar Tadete.
Adapun kesepakatan antara Aliansi Mahasiswa Manado dan Baznas Sulut, terdiri dari tiga poin, pertama untuk tahap pertama Baznas akan memberangkatkan 2-3 orang dari unsur aliansi mahasiswa, kedua mahasiswa yang diberangkatkan adalah mereka yang memahami dan berpengalaman dalam bidang tanggap bencana, dan ketiga mahasisa yang diberangkatkan harus mendapat rekomendasi dari koordinator lapanggan.
Perlu diketahui, aliansi mahasiswa manado yang ikut dalam aksi tersebut, terdiri dari Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), Universitas Teknologi Sulawesi Utara (UTSU), Politeknik Negeri Manado, Stikes Muhammadiyah, UNPI, IAIN, Poltekes, Unika De La Salle dan STAKN.
“Pelaksanaan penggalangan dana untuk korban bencana Sulteng, dilakukan pada tiga tempat yaitu zero point, depan kantor walikota manado serta patung ibu dan anak, sekitar 1000 orang mahasiswa yang ikut ambil bagian dalam aksi social ini” jelas presiden mahasiswa UTSU, Ardiansyah Mustafa.
Rencananya mahasiswa akan menggelar aksi ketiga pada hari Sabtu 6 Oktober 2018 nanti, tambah Mustafa.
Sementara itu, ditempat terpisah, pembina badan eksekutif mahasiswa (BEM), UTSU Manado, Deyidi Mokoginta, ST. M.Si. kepada wartawan memberikan apresiasi atas aksi sosial yang dilakukan mahasiswa di kota ini, “Ini kegiatan yang sangat bagus dan perlu diapresiasi” ujar Mokoginta.
Mokoginta, dosen yang juga anggota Polri, berpesan kepada mahasiswa untuk menjaga ketertiban umum dan keselamatan saat melekukan aksi, karena kegiatan tersebut mengerahkan cukup banyak mahasiswa, sehingga diperlukan pengawasan masing-masing koordinator kampus kepada anggotanya.(red)