Lain pihak Weku yang mewakili DHL Minahasa mengatakan, penanganan sampah sedang diupayakan Pemkab Minahasa, Kemudian telah terbagi zona tempat pembuangan akhir (TPA) seperti di Minahasa dan sekitarnya, Langowan Kawangkoan dan Pineleng. Ia menyebutkan, di kota Tondano sendiri terdapat truk pembuang (dump truck) berjumlah 6 unit. Menurutnya, mahasiswa juga dinilai kurang memperhatikan kebersihan lingkungan. “Sumber sampah terbanyak ada di kecamatan Tondano Selatan dari Tataaran, kebanyakan mahasiswa,” paparnya.
Weku menjelaskan, akan dilakukan pengadaan bak sampah. Banyak petugas di bagian Pengelolahan Sampah, Limbah B3 dan Peningkatan Kapasitas mengeluh dengan kondisi sampah. “Tingkat kesadaran masyarakat kurang sekali. Saya lihat di kampus (Unima) juga banyak sampah,” imbuhnya.
Weku mengatakan, tahun depan Pemkab Minahasa akan menambah unit kendaraan pembuang sampah. Namun dengan catatan setiap desa atau kelurahan memiliki 1 kendaraan pembuang sampah. “Ketambahan 10 dump truck. Jadi petugas ada 300 orang dan menangani sampah di Minahasa,” ucapnya.
Setelah Dialog Publik ini, DPC PMKRI Tondano, para pembicara dan tamu undangan melakukan Deklarasi terkait krisis lingkungan dengan harapan mulai menjaga lingkungan sekitar. (rf)