Ensiklik Laudato Si, dan Sikap Gereja Katolik dalam Upaya Pelestarian Lingkungan

Dari kiri ke kanan: Richard Fangohoi (Moderator), Pastor Troy Kalengkongan Pr (Pastor Paroki Tataaran), Juventus PY Kago (Ketua PP PMKRI), Marthen Weku SSos (Kabid Pengelolaan Sampah, Limbah D3 dan Peningkatan Kapasitas) dan Royke R Pangalila (WWF Indonesia).

Kalengkongan menuturkan, pandangan semua orang sama yakni bumi itu harus diselamatkan. Masyarakat tahu mana dapat menyelamatkan dan merugikan Bumi. Ia menegaskan, deklarasi yang sebentar dilaksanakan harus muncul komitmen dari organisasi kemahasiswaan yang hadir. “Komitmennya konkret, saya sudah tidak mau pakai botol air minum plastik atau botol sekali pakai,” tuturnya sambil menambahkan di Paroki St Antonius dari Padua Tataaran telah menyesuaikan pengurangan penggunaan plastik.

Ia menghimbau, Ensiklik Laudato Si dari Paus Fransiskus hendaknya dimaknai dan dijalankan dengan semestinya. “Pandangan Gereja iya, bahwa Bumi ini adalah ibu kita, tempat makan, tinggal, tempat hidup. Kita harus menjaganya,” tutupnya.

Bacaan Lainnya

Selanjutnya Kago menerangkan terkait fokus PMKRI pada aspek ekologis. Kago mengatakan kesadaran diri merupakan wujud penting, walaupun hal tersebut agak susah. Ia menyebutkan, setidaknya ada beberapa permasalahan lingkungan yang ada di Indonesia. “Sampah plastik, banjir, pencemaran sungai, pemanasan global (Global warming), pencemaran udara (polusi), rusaknya ekosistem laut, sulitnya air bersih, kerusakan hutan (Illegal logging), abrasi dan pencemaran tanah. Yang besar itu masalah sampah,” bebernya.

Jipik sapaan akrabnya mengungkapkan, dalam buku Hybrid Space ada sejumlah poin dari konsep teknologi arsitektur yang hendak ditawarkan untuk menjaga lingkungan dalam internal PMKRI. “Pertama ada pelestarian lingkungan. Kedua, bio-stuktur alamiah. Ketiga ini energi terbarukan seperti tenaga surya,” imbuhnya.

Ia mengatakan, terdapat pula Arsitektur Biologi yakni ikatan manusia dengan lingkungan hidup yang penting. Sesuatu yang menyatu, tidak dipisahkan satu sama lain. Arsitektur Alternatif atau ruang terbuka hijau. Kago juga menegaskan, ada rekomendasi yang disampaikan pada Konferensi Studi Nasional (KSN) di Kupang, NTT tanggal 17-21 September 2019 lalu. “Salah satunya PMKRI mendorong Hari Tanpa Plastik di Indonesia. Saya pikir dengan cara-cara simbolik seperti itu, orang mulai sadar. Salut dengan teman-teman dari Tondano yang memulai ini. Kita berharap tidak selesai di sini (Dialog dan Deklarasi), tapi ini langkah baik dengan kehadiran para narasumber, paling tidak ada hal-hal yang dapat dikolaborasikan bersama,” pungkasnya. (rf)

Komentar Facebook

Pos terkait