MANADO, DetikManado.Com – Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Wilayah SulutGo, Sabtu (24/11/2018), bertempat di Yuta Hotel Manado, menggelar Seminar Kebangsaan dengan topik “Pemilu, Perda Agama dan Nasib NKRI”.
Kegiatan tersebut menghadirkan ketua PGI Pdt. Dr. Albertus Patty. Juru Bicara PSI, Mohamad Guntur Romli. Korprov TePI, Jeiry Sumampow dan Wakil Rektor Unsrat Manado, Dr. Ronny Maramis, SH, MH.
“Bangsa ini telah final dalam hal ideolgi yang didirikan oleh seluruh elemen bangsa, negara yang kita cintai ini jangan hancur hanya karena agama, pidato sis Grace Natali saat HUT Ke 4 PSI menyerukan ‘tidak akan mendukung perda agama’ karena agama bersifat pribadi. Orang tidak beragama karena takut akan Gubernur/walikota dan Perda tapi takut kepada Allah SWT” jelas Romli.
Lebih lanjut juru bicara PSI tersebut menjelaskan, bukan hanya yang berbeda agama yang merasa terintimidasi tapi sesama pemeluk agama itu sendiri. Persoal agama sudah final kita semua sudah disatukan dalam kebanggsaan kita, para pendiri bangsa telah sepakat kita satu tanah air, satu bangsa, satu bahasa, tidak menyatakan satu agama. Maka dari kajian sosial dan sejarah Perda Agama tidak cocok untuk NKRI.
Pembicara lain, Akdemisi Hukum Dr. Rony Maramis SH MH, menjelaskan “Hukum Indonesia berdasarkan 3 Hukum, Hukum barat, hukum agama dan hukum adat, makanya saya sarankan agar kita tidak terlalu alergi dengan peraturan agama. Perda agama jika diberlakukan kepada pemeluk agama lain maka itu diskriminatif. Pemerintah harus tegas dalam proses pembuatan dan menjalankan perda yang tidak boleh bertentangan oleh Pancasila dan UU”. Jelasnya
Sementara itu Kerua PGI, Pdt. Dr Albertus Patty, mengatakan “Kita harus bersyukur masih ada kelompok agama yang berpikir untuk tetap bersama dalam berkontribusi terhadap negara yang membuat kita mampu berdiri sampai 74 tahun. Tapi sadar, tidak sadar kita sekarang hidup berkelompok tertentu baik dalam pendidikan maupun berkelompok agama, sehingga ini yang akan membuat kita hancur apalagi sampai dalam kita berpolitik. Takutnya ini 2019 tahun pemilu terakhir”
Pdt Albertus, juga mengajak pemuda harus tetap membangun kerjasama dalam berpikir dan bertindak dengan tidak memandang agama atau budaya tertentu tetapi sebagai Bangsa Indonesi agar menciptakan masyarakat yang mampu berkontribusi baik bagi indonesia ini.
Ditempat yang sama, Jeiry Sumampow sebagai pembicara terakhir, mengatakan agama memang dijadikan alat politik untuk mendapatkan suara, tapi untuk kasus Grace Natali, ini sangat aneh karena itu adalah pandapat beliau dan sikap Partai, ini akhirnya akan mulai mengekang kebebasan berpendapat kita semua. terlihat jelas mau memasukan sentimen agama ke ranah politik. Kita harus melakukan perlawanan terhadap politik yg memainkan isu agama, sehingga menutup isu substansial permasalahan bangsa yang seharusnya menjadi pokok dalam pemilu mendatang. Tutup Sumampow
Sementara itu, Kordinator GMKI Wilayah SulutGo, drg. Hizkia Sembel, kepada DetikManado.Com, menyatakan “kami mempertemukan tokoh-tokoh nasional ini sebagai bentuk kepedulian kami sebagai gerakan pemikir terhadap nasib bangsa, kita ketahui kalau terjadi pembiaran dalam pemahaman sebenarnya melalui aspek hukum dan pandangan tokoh gereja khusunya mengenai agama yang selalui dijadikan instrument dalam mengahdapi tahun politik, terlebih kasus yang menimpa Grace Natalie, Ketum PSI, mengenai ucapannya terhadap perda agama yang dianggap menistakan agama, sehingga dilaporka ke Polda Metro jaya, beberapa waktu lalu.
Hizkia juga, menyampaikan maaf dari ketum PSI Grace Natalie, yang seharusnya menjadi pembicara pada seminar tersebut, dikarenakan tidak diberi izin dari kepolisian untuk berkunjung keluar kota jakarta.
Seminar kebangsaan tersebut dihadiri sejumlah tokoh pemuda, mahasiswa, gereja, dan cabang-cabang GMKI se Wilayah SulutGo. (Dedy Manlesu)